Dengan memohon restu Neneknya, Bujang Bekorong berjalan meninggalkan Neneknya dan talang dimana ia dibesarkan.
Di perjalanan, Bujang Bekorong sangat bersemangat melewati imbeh (Rimba), gunung, sungai. Sesekali ia pun harus beristirahat melepas lelah dan dahaga.
Usai sejenak beristirahat Bujang Bekorong melanjutkan pengembaraannya. Di jalan sering kali Bujang Bekorong harus menebas ranting pepohonan yang menghalagi jalannya.
Seringkali pula Bujang Bekorong harus sembunyi-sembunyi dari binatang buas yang sedang berjalan tak tentu arah.
Tak lama kemudian Bujang Bekorong telah menemukan tempat peristirahatannya di malam yang kian berkuasa.
Di atas dahan yang rindang dengan beberapa kayu yang sengaja dipanlangkan dari dahan kedahan jadilah buat Bujang Bekorong menidurkan tubuhnya.
Ini menjadi salah satu cara Bujang Bekorong untuk menghindari jangkauan binatang buas yang tidak sengaja bertemu dengannya.
BACA JUGA:Selamat Bertugas AKBP Harissandi, Selamat Datang di Lubuklinggau AKBP Indra Arya Yudha
Mata belum juga terpejam, pikiran Bujang Bekorong jauh memikirkan Neneknya yang sendiri di pondok.
Dalam hati Bujang Berkorong memohon kepada yang Kuasa agar dirinya ditunjukan jalan untuk menemukan Maligai.
Paginya, dengan udara yang lembab berembun tidak bisa mengusik tidur pulas Bujang Bekorong yang sangat lelah.
Ia terbangun paksa, sementara ayam beruge putih miliknya masih nangkring di dahan pohon di dekatnya.
BACA JUGA:Demi Tol, Warga Lubuklinggau Diminta Jangan Membangun Melampaui Batas Jalan, ini Penjelasannya
Bujang Bekorong bergegas menyiapkan dirinya untuk melanjutkan perjalanan, sambil mencari bahan makanan yang tumbuh di hutan yang bisa dimakan.
Tanpa banyak mengeluh Bujang Bekorong melanjutkan pengembaraannya.