Namun demikian penduduk Lubuk Penjage semakin geram dan marah.
Mereka tidak terima kalau tuan putri yang sangat mereka puji, banggakan dan kagumi menjadi istri Kenayan.
Begitu juga dengan sang raja sebenarnya tidak menghendaki Kenayan menjadi menantunya.
BACA JUGA:Asal Mula Marga Proatin Lima Muara Beliti Musi Rawas, Gabungan 5 Dusun, Berikut Ulasannya
Namun apa hendak dikata raja tidak mungkin menarik kembali janjinya.
Dengan perasaan yang sangat tidak senang raja mengumpulkan para mentri dan hulubalang pemuka adat dan pemuka agamanya untuk mengumumkan pernikahan Putri Sri Dewi Ningsih dengan Kenayan.
Raja meminta agar acara pernikahan ini dilangsungkan dengan sederhana saja, serta segera memerintahkan kepada Kenayan untuk meminang tuan putri Sri Dewi ningsih.
Ketika melakukan pinangan pada tuan putri tidak seorang pun yang perduli dan mau mendampingi Kenayan selain Bujang Kurap.
Setelah lamaran tidak berselang lama pernikahanpun dilaksanakan dengan sangat sederhana tidak ada pesta.
Setelah selesai acara pernikahan maka sang raja memeritahkan agar Putri Sri Dewi Ningsih dan Kenanyan pergi dari Negeri Lubuk Penjage dengan alasan agar mereka dapat pencari dan menjalani kehidupan di negeri lain.
Tetapi ini merupakan siasaat sang raja untuk menyingkirkan Kenayan dengan cara dibunuh di perjalanan.
Tak terasa semua rintangan dapat di hadapi oleh Kenayan dan istrinya.
BACA JUGA:Sumpah Bereng Kecik, Orang Kupang Jangan Menikah dengan Tanah Periuk Sebelum Kambing Bertanduk Emas
Minggu berganti bulan, bulan berganti tahun namun Kenanyan tetap tidak dapat dibinasakan atau dikalahkan.
Belasan tahun Kenayan dan putri Sri Dewi Ningsih merantau, menimbulkan rasa takut pada putra-putra raja apabila kerajaan jatuh ketangan Kenayan.