Bayi tersebut dibunuh karena dianggap akan membawa aib terhadap Kerajaan Ulak Lebar. Dayang Torek tidak menerima kenyataan pahit tersebut.
Dayang Torek kemudian memutuskan untuk silam ke alam dewata serta membawa serta bayinya yang telah meninggal dunia.
Peristiwa magis silamnya Dayang Torek terjadi di puncak Bukit Sulap. Sebubur tidak berdaya untuk mencegah takdir Dayang Torek.
Saudara perempuan yang sangat disayanginya itu memenuhi takdir sebagaimana telah digariskan oleh Dewa Mantra guru Tujuh sejak dahulu kala.
Sebubur, pengembara sakti sekaligus putra mahkota Kerajaan Ulak Lebar, adalah tokoh penting dalam legenda silampari.
BACA JUGA:Pengakuan Tersangka Penjual Sabu di Musi Rawas ini Bikit Kaget, Yuk Simak di Sini
Perannya dalam cerita menandai silamnya seluruh anggota keluarga istana.
Raja Biku yang memenuhi takdir dan silam ke dasar laut Cina selatan, Putri Ayu Selendang Kuning beserta kelima saudara perempuan Sebubur, salah seorangnya adalah Dayang torek, silam kembali ke alam dewata.
Bahkan Sebubur kemudian juga tidak bisa menolak takdir. Dia juga ikut silam, meninggalkan Kerajaan Ulak Lebar dan kembali ke alam dewata.
Silampari, begitulah lidah orang Lubuklinggau yang hidup setelah masa Sebubur dan Kerajaan Ulak Lebar.
BACA JUGA:Kain Tenun Serat Nanas dari Prabumulih, Bikin Jatuh Hati Pertamina EP
Sebubur beserta seluruh anggota keluarganya meninggalkan alam dunia dan kembali ke alam dewata.
Secara terminologi kata silampari bermakna peri yang silam dan memang demikian makna yang disematkan oleh orang lubuklinggau hingga masa sekarang.(*)