Mitos Kerajaan Ulakl Lebar di Lubuklinggau, Dayang Torek Silam di Bukit Sulap, Sempat Diculik Sultan Palembang

Rabu 05-07-2023,04:30 WIB
Editor : Budi Santoso

Sang Raja Ulak Lebar telah silam ke dasar Laut Cina Selatan, memenuhi takdirnya sebagaimana disampaikan dulu oleh Dewa Mantra Raja Tujuh.

Sebudur memutuskan untuk menjemput Dayang Torek ke Kesultanan Palembang. Bermodalkan ilmu kesaktian yang tinggi Sebubur akhirnya mampu membawa pulang Dayang Torek. 

BACA JUGA:Kerajaan Ulak Lebar di Lubuklinggau, Terlahir dari Kayangan, Dayang Torek Jadi Rebutan Para Raja

Ternyata Dayang Torek telah memiliki seorang bayi, keturunan Raja Pelambang.

Perjalanan pulang Sebubur beserta Dayang Torek ditandai oleh peristiwa tragis meninggalnya bayi Dayang torek di Tangan Sebubur. 

Bayi tersebut dibunuh karena dianggap akan membawa aib terhadap Kerajaan Ulak Lebar. 

Dayang Torek tidak menerima kenyataan pahit tersebut, kemudian memutuskan untuk silam ke alam dewata serta membawa bayinya yang telah meninggal dunia. 

BACA JUGA:Polisi Kito Berayau ke Dusun Polres Muratara Temui Anak Kurang Mampu, Tersenyum Dapat Hadiah dari Kapolres

Peristiwa silamnya Dayang Torek terjadi di puncak Bukit Sulap. Sebubur tidak berdaya untuk mencegah takdir Dayang Torek. 

Saudara perempuan yang sangat disayanginya itu memenuhi takdir sebagaimana telah digariskan oleh Dewa Mantra guru Tujuh sejak dahulu kala.

Sebubur, pengembara sakti sekaligus putra mahkota Kerajaan Ulak Lebar, adalah tokoh penting dalam legenda silampari. 

Perannya dalam cerita menandai silamnya seluruh anggota keluarga istana. 

BACA JUGA:Lubuklinggau dari Carita Rakyat, Lubuk Tempat Persembunyian Dayang Torek Dianggap Keramat

Raja Biku yang memenuhi takdir dan silam ke dasar laut Cina selatan, Putri Ayu Selendang Kuning beserta kelima saudara perempuan Sebubur, salah seorangnya adalah Dayang torek, silam kembali ke alam dewata. 

Bahkan Sebubur kemudian juga tidak bisa menolak takdir. Dia juga ikut silam, meninggalkan Kerajaan Ulak Lebar dan kembali ke alam dewata.

Silampari, begitulah lidah orang Lubuklinggau yang hidup setelah masa Sebubur dan Kerajaan Ulak Lebar. 

Kategori :