Mengenal Sosok Raden Dewi Sartika, Pahlawan Pendiri Sekolah Wanita Pertama, Begini Kisahnya

Mengenal Sosok Raden Dewi Sartika, Pahlawan Pendiri Sekolah Wanita Pertama, Begini Kisahnya

Mengenal Sosok Raden Dewi Sartika, Pahlawan Pendiri Sekolah Wanita Pertama, Begini Kisahnya--

BACA JUGA:SMP Xaverius Lubuklinggau Sukses Peringati Hari Sumpah Pemuda, Bulan Bahasa dan Hari Pahlawan

Ide dari  Dewi Sartika justru dianggap tabuh. Namun C Den Hammer mengusulkan agar meminta bantuan kepada Bupati Bandung R.A.A Martanegara.

Meski ragu, mengingat ayahnya pernah berselisih dengan R.A.A Martanegara, namun hasratnya mendirikan sekolah untuk perempuan begitu kuat, sehingga dengan berani ia menghadapi Bupati.

Awalnya, R.A.A Martanagara pun terkejut ketika Dewi Sartika datang. Namun, setelah mendengar penjelasannya, bupati Bandung tersebut merasa kagum.

Lantas, atas restu R.A.A Martanegara, Dewi Sartika pun mendirikan sekolah perempuan pertama di Indonesia, yang diberi nama Sakola Istri.

BACA JUGA:Peringati HBP ke-60, Lapas Narkotika Muara Beliti Gelar Upacara Ziarah dan Tabur Bunga di Makam Pahlawan

Sakola Istri didirikan pada 16 Januari 1904, dengan menempati Paseban barat, halaman depan rumah Bupati Bandung.

Singkat cerita, pada 1905 Sakola Istri yang kemudian menjadi Yayasan Dewi Sartika pindah ke lokasi baru.

Meskipun bangunannya sederhana dengan dinding bambu, jumlah murid terus meningkat, begitu pula dengan tenaga pengajar yang harus ditambah.

Bahkan, seiring dengan itu, Sakola Istri mendapat dukungan dari berbagai pihak. Pada 5 November tahun 1910, didirikan Perkumpulan Kautaman Istri oleh Residen Priangan WFI Boissevain, guna mendukung pengembangan sekolah perempuan rintisan Dewi Sartika agar lebih maju.

BACA JUGA:Selamat Hari Pahlawan Nasional 10 November, Berikut Tema dan Logo Hari Pahlawan 2023

Setelah itu, Sakola Istri berganti nama menjadi Sakola Kautamaan Istri, dan memiliki cabang di beberapa wilayah Jawa Barat, antara lain Sumedang, Cianjur, Sukabumi, Tasikmalaya, Garut, dan Purwakarta.

Pada 1913, Sekolah Keutamaan Istri tercatat sebagai sekolah paling besar dan maju, dengan jumlah murid yang terus meningkat, bahkan siswanya ada yang berasal dari luar Pulau Jawa.

Dewi Sartika bahkan mendatangi orang asing yang dibutuhkan. Misalnya mengundang seorang guru berkebangsaan Belanda untuk pelajaran bahasa Belanda, dan mendatangkan pengajar dari Rumah Sakit Immanuel untuk mengajarkan pertolongan pertama pada kecelakaan.

Usaha Dewi Sartika memperjuangkan pendidikan bagi perempuan mendapat apresiasi dari Pemerintah Hindia Belanda, yang memberikan penghargaan Bintang Perak pada 1922.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: