Muhammadiyah Sarankan Kalender Hijriah Global Tunggal, Agat Tidak Ada Perbedaan Penetapan Idul Fitri

Muhammadiyah Sarankan Kalender Hijriah Global Tunggal, Agat Tidak Ada Perbedaan Penetapan Idul Fitri

Muhammadiyah Sarankan Kalender Hijriah Global Tunggal, Agat Tidak Ada Perbedaan Penetapan Idul Fitri--freepik

BACA JUGA:Arab Saudi Umumkan Idul Adha 1445 H Jatuh pada 16 Juni 2024, Kemungkinan Beda dengan Indonesia, Benarkah?,

Susiknan juga mengakui bahwa Kalender Hijriah Global Tunggal adalah sebuah produk ijtihad yang tidak lepas dari kekurangan. 

“Namun, sepanjang pembacaan saya, konsep KHGT merupakan konsep yang terbaik dan solutif. Adapun kriteria yang digunakan tetap terbuka untuk diperbaiki, seperti disebutkan dalam rekomendasi Istanbul 1437/2016,” ujarnya.

Menurutnya, kegiatan rukyat tetap perlu diberikan ruang untuk dilakukan secara profesional, berkelanjutan, dan bertanggung jawab. 

“Semua ini dilakukan untuk memadukan pesan nas dan sains. Dengan demikian, ke depan akan diperoleh kriteria yang lebih autentik,” jelas Susiknan.

BACA JUGA:Kapan Idul Adha 2024, Apakah Ada Perbedaan Muhammadiyah dengan Pemerintah, Berikut Penjelasannya

Susiknan juga mengingatkan bahwa unifikasi merupakan proses panjang. 

“Kehadiran KHGT tidak serta merta seperti membalikkan tangan. Perbedaan tentu masih akan terjadi, seperti dalam unifikasi kalender miladiah yang memerlukan waktu berabad-abad,” katanya.

Saat ditanya mengapa KHGT yang dipilih, Susiknan menjawab bahwa umat Islam yang kini menyebar di seluruh penjuru dunia memerlukan kalender hijriah yang mapan untuk memberi kepastian. 

“Hal ini penting karena ketika terjadi perbedaan dalam memulai Idul Fitri, negara hanya memberi cuti satu hari kepada kaum muslimin, yang tentu saja menyulitkan mereka melaksanakan salat Id dan lain sebagainya,” tambahnya.

BACA JUGA:Begini Rupanya 5 Perbedaan Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha, Apa Saja Ya

“Kehadiran KHGT melalui proses panjang untuk mewujudkan solidaritas tingkat global sesuai pesan al-Qur’an dan as-Sunah. Ini juga merupakan upaya membangun peradaban Islam yang lebih baik dan memberi contoh akan pentingnya sistem waktu yang lama terlupakan. Oleh karena itu, memahami KHGT tidak cukup dengan satu pendekatan semata,” jelas Susiknan.

Susiknan menegaskan bahwa KHGT harus dilihat dengan berbagai pendekatan untuk kepentingan bersama dengan memahami Prinsip, Syarat, dan Parameter (PSP) sehingga akan nampak nilai kemaslahatannya bagi kehidupan umat Islam sedunia. 

“Saat ini, Islam berkembang pesat di Amerika dan Eropa sehingga keberadaan KHGT menjadi jembatan mengenalkan Islam di tingkat global,” katanya.

“Wajah Islam yang ramah dan sangat menghargai ilmu pengetahuan tergambar dalam konsep KHGT. Ini adalah peluang bagi para mubalig tingkat nasional, regional, bahkan internasional untuk menjelaskan pentingnya KHGT,” kata Susiknan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: