Kuda Lumping, Kesenian Diikuti Pelajar di Musi Rawas yang Jadi Korban Rudapaksa, Dulunya Ritual, Ini Artinya

Kuda Lumping, Kesenian Diikuti Pelajar di Musi Rawas yang Jadi Korban Rudapaksa, Dulunya Ritual, Ini Artinya

Kuda Lumping, Kesenian Diikuti Pelajar di Musi Rawas yang Jadi Korban Rudapaksa, Dulunya Ritual, Ini Artinya -Tangkap Layar-Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

LINGGAUPOS.CO.ID – Jarang Kepang atau sering juga disebut Kuda Lumping merupakan kesenian rakyat yang bisa kita jumpai di Kabupaten Musi Rawas, Provinsi Sumatera Selatan.

Namun belakangan, kesenian Kuda Lumping di Musi Rawas ini dinodai oleh oknum pemilik diduga rudapaksa pelajar putri kelas IX salah satu SMP yang baru saja masuk menjadi anggota.

Modusnya sang pemilik Kuda Lumping di Musi Rawas itu meminta calon anggota baru melakukan ritual mandi kembang dan menginap di rumahnya. Benarkah harus demikian?  

Diketahui Kuda Lumping  atau Kuda Kepang merupakan kesenian rakyat dalam bentuk tarian penunggang kuda atau sering disebut jaranan.

BACA JUGA:Terungkap, Pacar Dirudapaksa Ayahnya, Anak Pemilik Kuda Lumping Bukannya Lapor Polisi, Eh Malah Ikut-ikutan

Sang penari Kuda Lumping dalam prakteknya menunggangi kuda mainan terbuat dari anyaman bambu dijepit di antara dua kaki penarinya.

Untuk mempercantik, kuda mainan tersebut ditambahkan aksesori serta pewarnaan sehingga bentuknya menyerupai kuda sungguhan.

Saat tampil, biasanya tarian kuda atau Kuda Lumping diiringi musik sederhana, didominasi kenong dan terompet. Apa arti nama Kuda Kepang yang sebenarnya?

Menurut sejarawan M. Dwi Cahyono,  dalam bahasa Jawa Kuno dikenal kata ‘Kêpang’. Kata ini bersinonim arti ‘Kêpung’, yang menunjuk pada: mengepung (Zoetmuder, 1995: 491).

BACA JUGA:Pemain Dirudapaksa, Ritual Sesat Kuda Lumping di Musi Rawas, Para Korban Silahkan Melapor

Dengan demikian dapat diartikan tarian Kuda Kepang yang dimainkan adalah gerak pengepungan sekelompok orang prajurit berkuda.

Nah yang mereka kepung merupakan hewan buas diantaranya babi hutan atau celengan, harimau atau macan dan ular besar atau barongan.

Arti istilah ini mengingatkan kepada tradisi rampokan, misalnya pada ‘rampokan macan’. Yakni pengepungan seekor macan oleh sekelompok prajurit.

Dikutip dari laman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Sabtu, 8 Juni 2024, awal mulanya, Kuda Kepang bukan sebuah kesenian yang dipertunjukan.

BACA JUGA:Calon Anggota Kuda Lumping di Musi Rawas Dirudapaksa, Modusnya Ritual, Satu Keluarga Terlibat

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: