Isu Ajakan Boikot Produk Afiliasi Israel Memicu Pengangguran di Indonesia, Menaker Beri Alasannya

Isu Ajakan Boikot Produk Afiliasi Israel Memicu Pengangguran di Indonesia, Menaker Beri Alasannya

Boikot produk afiliasi Israel.--Instagram @ponpes_arriyadh

LINGGAUPOS.CO.ID – Menteri Tenaga Kerja (Menaker) RI,Ida Fauziyah mengatakan ada sekitar 12 persen pengangguran di Indonesia saat ini yang didominasi oleh lulusan diploma dan sarjana.

Diambil dari berbagai sumber yang dikutip pada Rabu, 20 Maret 2024, angka tersebut dipastikan akan terus bertambah sebab adanya ajakan boikot terhadap produk afiliasi Israel yang menutup peluang kerja bagi lulusan tersebut.

“Tantangan selanjutnya adalah bonus demografi Indonesia yang mana 53,81 persen penduduk merupakan generasi milenial dan Gen Z, karena itu pihaknya fokus menciptakan lapangan pekerjaan, khususnya untuk mengatasi pengangguran di generasi muda, pendidikan menengah, dan lingkungan perkotaan,” kata Menaker Ida.

Sementara itu juga Tadjuddin Noer Effendi selaku Pengamat Ketenagakerjaan dari Universitas Gadjah Mada (UGM) menyayangkan dengan adanya ajakan boikot seperti itu yang pada akhirnya dapat merugikan anak-anak bangsa.

BACA JUGA:Benarkah, Ida Dayak Lakukan Pengobatan di Hakmaz Taba Lubuk Linggau, ini Penjelasan Pihak Hotel

“Kasihan para orangtua yang sudah dengan susah payah keluar uang besar untuk menguliahkan anak-anak mereka kalau akhirnya menganggur karena sulitnya mencari pekerjaan. Apalagi dengan ditambah lagi ajakan-ajakan boikot ini, mau kemana para lulusan sarjana kita kalau banyak perusahaan yang tutup,” ujarnya.

Lebih lanjut, dia mengatakan di UGM sendiri ada sekitar 12 ribu mahasiswa yang diwisuda setiap tahunnya, dan belum lagi dari universitas lainnya.

Sementara itu, 5 persen pertumbuhan ekonomi Indonesia pada saat ini hanya dapat menyerap kira-kira satu juta per tahunnya.

Sedangkan angkatan kerja di Indonesia yang masuk ke pasar kerja setiap tahunnya ini dapat capai hingga dua setengah juta.

BACA JUGA:Kabar Duka, Artis Donny Kesuma Meninggal Dunia Usia 55 Tahun, Ternyata Ini Penyebabnya

“Itu berarti kita setiap tahun menciptakan 1,5 juta pengangguran, dan 12 persennya itu adalah lulusan sarjana. Apalagi dengan ajakan-ajakan boikot itu, mau kemana para lulusan sarjana kita ini nantinya,” tuturnya.

Guna mengandalkan perusahaan lokal serta usaha mikro kecil menengah (UMKM) saja dalam menampung jutaan pengangguran sarjana di Indonesia menurutnya sangat mustahil.

“Yang ada akan semakin banyak orang-orang Indonesia yang mengadu nasib untuk bekerja di luar negeri terutama para mahasiswa yang pintar-pintar. Apalagi beberapa negara sekarang mengalami kekurangan pekerja seperti Jepang, Korea, Taiwan, dan Hongkong. Apa itu yang diinginkan bangsa ini,” ucapnya.

Oleh sebab itu, pemerintah juga diharuskan dapat mengantisipasi lonjakan pengangguran tersebut, serta dengan adanya isu boikot ini menjadi tugas pemerintah bukan hanya mendidik anak bangsa saja, namun juga dapat menyalurkan apa yang mereka akan dapat ke dalam bidang pekerjaan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: