Politik Filipina Kian Memanas, Presiden dan Ayah Wakil Presiden Saling Tuduh Demi Kekuasaan

Politik Filipina Kian Memanas, Presiden dan Ayah Wakil Presiden Saling Tuduh Demi Kekuasaan

Situasi politik di Filipina kian memanas, perdebatan antara Rodrigo Duterte dan Ferdinand Marcos Jr semakin gencar terdengar,--Instagram @infipop.id

BACA JUGA:Hasil dan Jadwal Lengkap Pekan ke-24 BRI Liga 1 Indonesia 2023/2024, Banyak Pertandingan Seru

Duterte mengklaim tanpa memberikan bukti apa pun bahwa anggota parlemen yang mendukung Marcos, termasuk Ketua DPR Martin Romualdez menyuap pejabat lokal guna mengamandemen konstitusi 1987.

Amandemen ini juga bertujuan untuk menghapus batasan masa jabatan sehingga Marcos dapat memperpanjang masa jabatan mereka.

Tertulis bahwa Presiden Filipina hanya bisa menjabat satu kali masa jabatan enam tahun berdasarkan konstitusi 1987.

Namun, Romualdez yang merupakan sepupu dari Marcos, membantah klaim tersebut dan mengatakan ia ingin konstitusi diamandemen hanya untuk menghapus pembatasan investasi asing.

BACA JUGA:Serupa Tapi Tak Sama, Ini Perbedaan Antara Cempedak dan Nangka

Marcos juga mengatakan terbuka untuk mengubah ketentuan ekonomi dalam konstitusi, namun juga menentang perubahan ketentuan yang membatasi kepemilikan asing atas tanah dan industri penting lainnya seperti media.

Penentang amandemen konstitusi ini termasuk dari Senat.

Minggu lalu, Senat sudah mengeluarkan pernyataan yang memperingatkan bahwa peran pengawasan dan keseimbangan bisa dirusak apabila DPR melanjutkan rencana untuk melakukan amandemen dalam sidang gabungan dan bukan melalui pemungutan suara terpisah di Senat.

Yang mana beranggotakan 24 orang dan Dewan Perwakilan Rakyat yang beranggotakan 316 orang.

BACA JUGA:Daftar Korban Kecelakaan Maut Bus Rombongan Hanura di Tol Ngawi, Telan 3 Korban Jiwa

Konstitusi 1987, yang sarat dengan perlindungan untuk mencegah kediktatoran, mulai berlaku setahun setelah ayah Marcos digulingkan oleh pemberontakan “kekuatan rakyat”. Penggulingan ini didukung tentara di tengah tuduhan penjarahan dan kekejaman hak asasi manusia selama pemerintahannya.

Duterte ini dikenal karena tindakan kerasnya yang menewaskan ribuan yang sebagian besar merupakan orang miskin, menyatakan pidatonya tanpa memberikan bukti apapun bahwa Marcos pernah masuk dalam daftar tersangka pengguna narkoba.

“Anda, militer, Anda tahu ini, kami punya presiden yang pecandu narkoba,” kata Duterte.

Marcos menggantikan Duterte pada pertengahan 2022 setelah memenangkan kampanye pemilu. Ia berjanji mengupayakan perubahan haluan ekonomi setelah pandemi virus corona dan membawa persatuan di negara yang telah lama dibebani oleh kemiskinan parah dan perpecahan politik yang mengakar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: