Panjangnya 1.776,62 Km, Bukan Lubuklinggau, Daerah Ini Miliki Ruas Tol Terpanjang

Panjangnya 1.776,62 Km, Bukan Lubuklinggau, Daerah Ini Miliki Ruas Tol Terpanjang

Jaringan ruas jalan tol terpanjang-dokumen-Bpjt

BACA JUGA:Jangan Sampai Salah, Ini 13 Gerbang Tol Jagorawi, Tol Pertama di Indonesia, Miliki 4 Simpang Susun

Proyek tol ini menggunakan teknologi Lead Rubber Bearing (LRB), atau bantalan karet inti timbal.

Lead Rubber Bearing (LRB) adalah salah satu jenis sistem pelindung gempa yang terdiri dari pelat-pelat baja berbentuk bundar dan terhubung dengan padat karet. 

Lapisan karet yang digunakan pada LRB berfungsi untuk menyerap energi gempa, sedangkan pelat baja berfungsi untuk menahan beban vertikal.

LRB digunakan sebagai pengganti bantalan pada struktur bangunan, jembatan, dan lainnya.

BACA JUGA:Panjang 16 KM, Tol Lubuklinggau Lintasi 123,21 Hektar Lahan Warga, Siap Diganti Rugi

BPJT menyatakan bahwa aplikasi teknologi tersebut pada jalan tol berfungsi untuk menghadapi risiko gempa bumi.

Teknologi ini penting untuk diterapkan karena negara Indonesia terletak di antara tiga lempeng besar dunia yang aktif.

Dikutip dari beberapa sumber, pada proyek Jalan Tol Trans Sumatera, teknologi LRB tak hanya diaplikasikan pada tol Bangkalan-Pangkalan, namun juga pada tol Binjai-Pangkalan Brandan.

Komponen utama LRB terdiri atas:

BACA JUGA:Masuk Proyek Strategis Nasional, Proyek Jalan Tol Getaci Dibangun Bertahap

Karet. Elastomer isolator akan berupa karet alam, semua pengujian material harus sesuai dengan EN 15129.

Shim Plates. Pelat ujung atas dan bawah akan dibuat dari baja karbon yang digulung sesuai dengan ASTM A35 atau yang setara dengan EN 15129.

Timbal. Kemurnian timbal harus ditentukan dengan analisis kimia dan harus memastikan kemurnian timbal minimal 99,9%.

Pada saat terjadi gempa, bangunan yang tidak terisolasi akan bergetar bolak-balik dalam berbagai arah akibat gaya inersia dan mengakibatkan deformasi dan kerusakan bangunan. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: