Kerajaan Ulak Lebar di Lubuklinggau, Terlahir dari Kayangan, Dayang Torek Jadi Rebutan Para Raja

Mitos Kerajaan Ulak Lebar dipimpin Raja Biku yang memiliki 6 anak salah satunya Dayang Torek menjadi rebutan para raja. -Dokumen-LINGGAUPOS.CO.ID
BACA JUGA:Jadwal Libur Nasional, Tanggal Merah dan Cuti Bersama Tahun Baru Islam 1445 H
Sebudur memutuskan untuk menjemput Dayang Torek ke Kesultanan Palembang.
Bermodalkan ilmu kesaktian yang tinggi Sebubur akhirnya mampu membawa pulang Dayang Torek yang ternyata telah memiliki seorang bayi, keturunan Raja Pelambang.
Perjalanan pulang Sebubur beserta Dayang Torek ditandai oleh peristiwa tragis meninggalnya bayi Dayang torek di Tangah Sebubur.
Bayi tersebut dibunuh karena dianggap akan membawa aib terhadap Kerajaan Ulak Lebar. Dayang Torek tidak menerima kenyataan pahit tersebut.
Dayang Torek kemudian memutuskan untuk silam ke alam dewata serta membawa serta bayinya yang telah meninggal dunia.
Peristiwa magis silamnya Dayang Torek terjadi di puncak Bukit Sulap. Sebubur tidak berdaya untuk mencegah takdir Dayang Torek.
Saudara perempuan yang sangat disayanginya itu memenuhi takdir sebagaimana telah digariskan oleh Dewa Mantra guru Tujuh sejak dahulu kala.
Sebubur, pengembara sakti sekaligus putra mahkota Kerajaan Ulak Lebar, adalah tokoh penting dalam legenda silampari.
Perannya dalam cerita menandai silamnya seluruh anggota keluarga istana.
Raja Biku yang memenuhi takdir dan silam ke dasar laut Cina selatan, Putri Ayu Selendang Kuning beserta kelima saudara perempuan Sebubur, salah seorangnya adalah Dayang torek, silam kembali ke alam dewata.
Bahkan Sebubur kemudian juga tidak bisa menolak takdir. Dia juga ikut silam, meninggalkan Kerajaan Ulak Lebar dan kembali ke alam dewata.
Silampari, begitulah lidah orang Lubuklinggau yang hidup setelah masa Sebubur dan Kerajaan Ulak Lebar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: