Umat Hindu di Bali Hari Ini Rayakan Pagerwesi, Begini Maknanya

Umat Hindu di Bali Hari Ini Rayakan Pagerwesi, Begini Maknanya

Umat Hindu bersembahyang saat Hari Pagerwesi di Pura Jagatnatha, Denpasar, Bali. Hari Pagerwesi merupakan rangkaian Hari Saraswati atau hari turunnya ilmu pengetahuan. Foto: ANTARA FOTO/Fikri Yusuf/foc.--

DENPASAR, LINGGAUPOS.CO.ID - Umat Hindu di Bali merayakan hari raya Pagerwesi hari ini, Rabu 26 Oktober 2022 berdasarkan kalender Bali masuk Buda Kliwon Sinta.

Hari raya yang diperingati setelah Saraswati ini memiliki makna yang mendalam bagi pemeluk kepercayaan Hindu, meski perayaannya tak semeriah hari raya Galungan atau Nyepi.

Pada hari ini umat Hindu Bali disamping mengaturkan widhi widhana di Sanggah Kemulan dan menenangkan pikiran dengan melakukan yoga semadi.

Dalam lontar Sundarigama seperti yang dilansir dari laman PHDI, Pagerwesi yang jatuh pada Buda Kliwon Sinta merupakan hari Payogan Sang Hyang Pramesti Guru diiringi oleh Dewata Nawa Sangga.

BACA JUGA:Ini Merek Sampo yang Ditarik Karena Menyebabkan Kanker

Maknanya bahwa Hyang Premesti Guru adalah Tuhan dalam manifestasinya sebagai guru sejati.

Makna yang lebih dalam terkandung pada kemahakuasaan Sang Hyang Widhi Wasa sebagai pencipta, pemelihara, dan pemusnah, atau dikenal dengan Uttpti, Stiti, dan Pralina. Dalam aksara suci manifestasi Sang Hyang Widhi Wasa disebut dengan Ang, Ung, Mang.

Saraswati yang jatuh pada hari terakhir dari wuku terakhir diperingati dan dirayakan sebagai anugerah Sang Hyang Widhi Wasa kepada umat manusia dalam bentuk ilmu pengetahuan dan teknologi.

Ada pembekalan yang tak ternilai harganya bagi umat manusia untuk kehidupan baru pada era berikutnya yang dimulai pada wuku Sinta.

BACA JUGA:Gelapkan Motor Mertua Hingga 2 Kali, Ini Modus Pelaku

Jadi, Pagerwesi  merupakan hari yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan yang diturunkan melalui para guru.

Ilmu pengetahuan itu mengalir, melembaga dalam proses mewujudkan jagadhita. Guru yang harus dihormati dalam hal ini adalah catur guru.

Catur guru itu, yakni Guru Rupaka (orang tua), Guru Pengajian (guru di sekolah), Guru Wisesa (pemerintah) dan Guru Swadyaya (Ida Sang Hyang Widhi Wasa).

Pagerwesi juga mengingatkan manusia bahwa proses belajar mengajar berlangsung terus menerus hingga ajal tiba. Terlebih lagi bila dikaitkan dengan pemujaan sebelumnya, yaitu Saraswati dan Laksmi (Soma Ribek dan Sabuh Mas).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: