Simak, Persaingan Masuk PTN 2023 Semakin Ketat

Simak, Persaingan Masuk PTN 2023 Semakin Ketat

Informasi Penerimaan Mahasiswa Baru 2023 segera hadir di situs LTMPT. Ilustrasi mahasiwa baru ITS--

LINGGAUPOS.CO.ID - Perombakan pola seleksi masuk perguruan tinggi negeri (PTN) mendapat respons beragam.

Meski siap mengimplementasikan aturan baru tersebut, sebagian kampus negeri meminta tetap diberi kewenangan menentukan persyaratan program studi (prodi).

Menurut Rektor Universitas Airlangga (Unair) Prof Mohammad Nasih Nasih menjelaskan sejatinya tidak banyak perubahan dalam sistem seleksi masuk PTN 2023. Kecuali, pada beberapa item yang berkaitan dengan jalur prestasi dan tes.

”Selebihnya, kurang lebih sama dengan tahun lalu,” katanya.

BACA JUGA:Yuk Cek di Sini, 4 Manfaat Alami Air Kelapa yang Sangat Luar Biasa

Beberapa evaluasi, lanjut dia, memang ada sedikit perubahan. Khususnya pada jalur seleksi bersama masuk perguruan tinggi negeri (SBMPTN). Dalam materinya tidak lagi ada tes kemampuan akademik (TKA), tetapi hanya tes potensi skolastik (TPS). Hal itulah yang memunculkan pertanyaan banyak orang. 

Di sisi lain memudahkan, tetapi juga ada beberapa potensi persoalan akademik yang akan timbul di kemudian hari,” ujarnya.

Nasih menuturkan, pada 2020 sebenarnya jalur SBMPTN hanya menggunakan TPS. Itu dilakukan karena pandemi Covid-19 dengan jumlah kasus yang tinggi. Dalam evaluasi pelaksanaannya, memang ada kekurangan atau kelemahan tertentu. 

Pada 2021 para rektor akhirnya tetap meminta ada TKA di samping TPS. ”Saat itu saya masih menjadi ketua LTMPT (Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi). Meski kondisi pandemi, kami masih melaksanakan TKA,” kata dia.

BACA JUGA:Harga Bawang Merah di Lubuklinggau Melejit

Namun, saat ini dalam TPS ada beberapa penyempurnaan. Jadi, secara potensial sejatinya sudah cukup memadai sebagai seleksi SBMPTN.

Hanya, pada kemampuan bidang studi harus dijaring lebih lanjut. 

”Khawatirnya, ada persyaratan masuk di prodi tertentu yang tidak dipersiapkan,” ujarnya.

Nasih berharap, jika ada siswa SMA/SMK yang semula minat pilihan prodinya teknik dan sudah mengambil mata pelajaran pokok yang sesuai bidangnya, mereka tidak beralih pikiran mengambil prodi lain yang tidak sejalur.

BACA JUGA:DPPKB Lubuklinggau Laksanakan Pendidikan Pra Nikah Bagi Calon Pengantin

Contohnya, prodi kedokteran. ”Itu yang harus dicegah dari awal,” tegasnya.

Hal tersebut, kata dia, bisa dilakukan melalui penyaringan. Karena itulah, rektor harus memiliki kewenangan untuk mengatur persyaratan prodi. 

Contohnya, prodi teknik hanya bisa dipilih siswa yang mengambil mata kuliah inti atau dua mapel pokok di SMA. 

"Ini bisa mempersempit jarak antara persiapan mereka di SMA dan prodi yang akan mereka tempuh,” ujarnya.

BACA JUGA:Kesan Riyadi Bayu Kristianto di Hari Pertama Tugas Sebagai Kajari Lubuklinggau

Di jalur prestasi atau seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri (SNMPTN), lanjut dia, selain rata-rata rapor secara keseluruhan, dihitung nilai rapor paling banyak di dua mapel pendukung prodi yang dituju. 

''Jadi, jangan sampai siswa jurusan IPS tiba-tiba mau ambil fakultas kedokteran. Meski nilai TPS-nya bagus, tentu akan sulit menyelesaikan studinya ke depan,” katanya.

Menurut Nasih, sepanjang pilihan prodi dari siswa SMA selaras atau sejalur dengan mapel yang mereka ambil, dampaknya tidak begitu terlihat. Yang dikhawatirkan, ketika ada pilihan prodi yang tidak sejalur dengan mapel yang diambil di sekolah. 

”Namun, dengan model seleksi menggunakan TPS, saya yakin standardisasinya. Lulusan SMA akan lebih baik lagi ke depan. Apalagi, ketika seluruh SMA sudah menerapkan implementasi kurikulum merdeka (IKM),” jelasnya.

BACA JUGA:Jadwal Salat Fardu dan Duha Musi Rawas, Lubuklinggau dan Muratara, Selasa 13 September 2022, Serta Niat Salat

Terpisah, Rektor Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Prof Mochamad Ashari juga mengatakan bahwa ITS siap mengimplementasikan aturan baru dalam seleksi masuk PTN. Ada tiga jalur yang tetap dilaksanakan seperti tahun lalu. Yakni, jalur SNMPTN, SBMPTN, dan mandiri.

Jalur SNMPTN menggunakan nilai rata-rata rapor keseluruhan dengan bobot 50 persen. Lalu, jalur SBMPTN hanya menggunakan TPS. Sistem tersebut sangat efektif untuk dilaksanakan.

 ”Hanya, respons dari SMA mungkin ada yang menyambut gembira, ada juga yang tidak karena menganggap persaingan semakin ketat,” katanya.

Ashari menuturkan, jalur SBMPTN dengan menggunakan TPS saja sudah cukup untuk mengukur potensi kecerdasan siswa. Jika nilai TPS bagus, siswa tersebut biasanya pintar secara akademik.

BACA JUGA:Kuburan Korban Pembunuhan yang Mayatnya Ditemukan di Sungai Lakitan Dibongkar

"Dengan aturan baru ini, siswa memiliki kesempatan yang sama untuk bisa memilih prodi dengan nilai TPS yang bagus. Namun, siswa yang nilai TPS bagus tersebut belum tentu mempersiapkan mapel sesuai prodi pilihannya,” ujar ketua LTMPT itu.

Dia menambahkan, ITS tetap akan menerima siswa dengan nilai TPS yang bagus ketika memang lolos seleksi meski mapel yang diambil di SMA tidak sejalur. Namun, siswa tersebut harus siap dan bekerja keras untuk bisa mengikuti perkuliahan di prodi yang dipilih. 

"Kami tetap memberikan treatment yang sama kepada seluruh mahasiswa baru,” ujarnya.

Ketua Satuan Admisi Unesa Dr Sukarmin juga siap mengikuti arahan yang diberikan. Teknis perubahan tes masuk bakal dipelajari mulai sekarang.

BACA JUGA:Bobby Nasution Temui Tukang Parkir Liar: Kau Preman di Sini!

”Untuk seleksi tes atau SBMPTN, kami akan mempelajari sepenuhnya dan mengikuti kebijakan yang ada,” imbuhnya.

Sementara itu, SNMPTN atau seleksi melalui jalur prestasi bakal disesuaikan lagi. Selain memperhitungkan prestasi dan rata-rata nilai rapor, komponen minat dan bakat perlu diperjelas. 

”Nah, secara internal, kami akan menyiapkan formulasi penentuan komponen untuk penggali minat dan bakatnya itu,” ucapnya. 

Seperti apa komponennya, Karmin memastikan bahwa konsepnya akan dikoordinasikan dengan panitia nasional.

BACA JUGA:Pelaku Pembunuhan Warga Musi Rawas yang Mayatnya Ditemukan di Sungai Sudah Ditangkap

Adapun pada seleksi mandiri, Admisi Unesa akan mengembangkan sistem yang lebih transparan. Daya tampung, metode seleksi, dan besaran biaya pendidikan bakal dipaparkan di berbagai media komunikasi Unesa.

”Jadi, calon mahasiswa juga tidak lagi kebingungan,” katanya.

Di sisi lain, Mendikbudristek Nadiem Makarim menegaskan bahwa tes skolastik sudah dilakukan banyak negara maju sejak lama.

Karena itu, menurut dia, tes skolastik tepat apabila dipakai sebagai seleksi masuk PTN di Indonesia. Tes itu akan berbeda dengan Seleksi Bersama Masuk PTN (SBMPTN) yang selama ini dilakukan.

BACA JUGA:Mangkuk Ayam Jago Jadi Google Doodle, ini Fakta dan Sejarahnya

”Sekarang hanya akan ada satu tes, yaitu tes skolastik. Tes skolastik ini adalah yang sulit, sangat sulit juga. Karena memang harus tes yang sulit,” kata Nadiem dalam rapat kerja bersama Komisi X DPR di kompleks parlemen kemarin. Dia menambahkan, tes skolastik memiliki tingkat kerumitan soal yang lebih sulit.

Sementara itu, Senior Fellow Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Totok Amin Soefijanto menuturkan, transformasi dari beberapa bentuk seleksi masuk kampus negeri tersebut sudah baik. Sebagian besar mengadopsi prinsip-prinsip yang digunakan dalam seleksi masuk perguruan tinggi di luar negeri. 

Misalnya, di Amerika Serikat yang memfokuskan pada kemampuan berpikir kritis.

Kendati begitu, Totok mengingatkan agar pemerintah tetap memprioritaskan upaya mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap seleksi masuk PTN.

BACA JUGA:Ini 4 Khasiat Alpukat, Baik untuk Wanita

Selain itu, perlu dicermati potensi-potensi kecurangan yang bisa muncul dari skema baru tersebut. Misalnya, standar evaluasi dari aspek minat dan bakat yang dijadikan komponen persentase untuk seleksi masuk PTN jalur prestasi. Menurut Totok, hal itu cenderung subjektif.(jpg/jawapos/sbmptn) 

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: