Upaya pemerintah memberantas pemberontakan tersebut dengan membentuk pasukan khusus bernama Banteng Raider yang akhirnya berhasil menumpaskan pemberontakan DI/TII di Jawa Tengah.
*Gerakan DI/TII di Aceh
Tidak hanya di Jawa, pemberontakan juga terjadi di Aceh yang dipimpin oleh ulama besar Aceh yang sangat disegani yakni Tengku Muhammad Daud Beureueh.
BACA JUGA:Mengenal Cut Nyak Dien Pahlawan Kemerdekaan Wanita yang Memimpin Perang, Begini Kisahnya
Upaya pemberontakan ini bermula dari rencana pemerintah pusat menurunkan status Aceh menjadi Keresidenan.
Aceh juga ingin digabung ke dalam provinsi Sumatera Utara di tahun 1950. Sebagai jawaban dari rencana tersebut, Daud Beureuh menyatakan Aceh adalah bagian dari Negara Indonesia Islam pimpinan Kartosuwirjo pada tanggal 21 September 1953.
Lantas, untuk menumpaskan pemberontakan tersebut pemerintah menempuh operasi militer dan perundingan.
Hingga akhirnya pada tahun 1962, tercapai kesepakatan melalui Kerukunan Rakyat Aceh yang diadakan atas inisiatif Kolonel Yasin.
BACA JUGA:Mengenal Sejarah Lomba Makan Kerupuk, Selalu Ada Dalam Peringatan HUT Kemerdekaan RI
*Gerakan DI/TII di Sulawesi Selatan
Pemberontakan DI/TII yang juga terjadi di Sulawesi Selatan dipimpin oleh Kahar Muzakar dengan nama gerakan Komando Gerilya Sulawesi Selatan (KGSS).
Mulanya, konflik terjadi ketika Kahar meminta agar personil KGSS dimasukkan ke dalam APRIS (Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat) namun permintaannya itu ditolak oleh pemerintah pusat.
Alhasil karena kecewa ditolak, Kahar kemudian melakukan kekacauan di berbagai tempat bersama KGSS. Hingga di tahun 1952, Kahar menyatakan menjadi bagian dari Negara Islam Indonesia.
BACA JUGA:6 Ide Bisnis Menyambut Hari Kemerdekaan Indonesia, 17 Agustus 2024
Karena hal tersebut, pemerintah segera bertindak dengan mengirimkan operasi militer ke Sulawesi Selatan.
Kemudian, pada bulan Februari 1965 Kahar Muzakar berhasil ditembak mati dan mengakhiri pemberontakan di Sulawesi Selatan.