Mereka adalah Batalyon 10 Divisi X di bawah pimpinan Mayor Soeharto, Batalion 8 di bawah pimpinan Mayor Sardjono, dan Batalion Sugeng.
Meskipun tentara Inggris sudah dikepung, mereka tetap mencoba menghancurkan kepungan tersebut. Hingga kota Ambarawa dihujani dengan tembakan meriam.
Singkat cerita, pada 26 November 1945, salah satu pimpinan pasukan harus gugur. Ia adalah Letnan Kolonel Isdiman, pemimpin pasukan asal Purwokerto. Posisinya kemudian digantikan Kolonel Soedirman.
Pada 11 Desember 1945, Kolonel Soedirman mengadakan perundingan dengan mengumpulkan para komandan sektor.
Dari rundingan tersebut, Kolonel Soedirman menyimpulkan bahwa posisi musuh sudah terjepit, sehingga perlu dilancarkan serangan terakhir, yakni:
1. Serangan pendadakan dilakukan serentak dari semua sektor.
2. Tiap-tiap komandan sektor memimpin serangan.
3. Para pasukan badan-badan perjuangan (laskar) disiapkan sebagai tenaga cadangan.
4. Serangan akan dimulai pada 12 Desember pukul 04.30.
Lalu, pada 12 Desember 1945, pasukan TKR bergerak menuju target masing-masing. Dalam kurun waktu 1,5 jam, mereka sudah berhasil mengepung kedudukan musuh dalam kota.
Kota Ambarawa dikepung selama empat hari empat malam. Pasukan Inggris yang sudah merasa terdesak berusaha untuk memutus pertempuran.
Hingga akhirnya pada 15 Desember 1945, pasukan Inggris meninggalkan kota Ambarawa dan mundur ke Semarang. (*)
Dapatkan update berita LINGGAUPOS.CO.ID di platform media sosial, dengan klik LINK INI