Asal Mula Situs Megalitik Tutari, dari Nama Suku yang Hidup 6000 Tahun Lalu, Punah saat Memperebutkan Wilayah

Senin 03-07-2023,04:00 WIB
Editor : Budi Santoso

Mereka semua yang tersebar hingga ke puncak bukit tersembul di antara tingginya ilalang, semak belukar, serta pohon-pohon kayu putih (Melaleuca cajuputi).

Situs ini dapat dijangkau dengan berkendara sejauh 7 kilometer selama 20 menit dari Bandar Udara Sentani atau sekitar satu jam berkendara berjarak 42 km dari pusat kota Jayapura, Ibu Kota Provinsi Papua.

Di tempat ini kita dapat menyaksikan warisan budaya manusia bernilai sejarah tinggi dari masa prasejarah Papua. 

Dikutip dari indonesia.go.id, pada masa lalu, lokasi itu dimanfaatkan sebagai pusat kegiatan religius bagi masyarakat Tutari, salah satu suku di barat Danau Sentani.

BACA JUGA:Profil Ridwan Mukti, Gubernur Bengkulu Periode 2016 – 2017 yang Dukung Pemekaran Provinsi Sumsel Barat

Peninggalan megalitik di Situs Tutari setidaknya dibagi menjadi enam sektor

Sektor pertama berupa batu berlukis (rock art) di mana terdapat 147 karya lukis di atas 115 bongkahan batu menggunakan teknik gores. 

Ada yang dilukis tunggal atau terdiri dari 2-5 lukisan dalam satu bongkahan batu. 

Ada 13 jenis dan motif lukisan, di antaranya unsur matahari, manusia, flora, dan satwa. 

BACA JUGA:Benarkah Kerajaan Sriwijaya Pernah Ada di Rejang Lebong Bengkulu, Ini Buktinya

Lukisan terbanyak yaitu motif ikan (95 buah), biawak (18), dan kura-kura (13). 

Kemudian ada terdapat empat bongkahan batu berjajar saling berdekatan dipahat membentuk bagian kepala, leher dan badan. 

Batu-batu tersebut dijuluki sebagai batu ondoafi. Keempat batu itu dianggap mewakili suku yang pernah ada di Doyo Lama. 

Batu-batu ini bentuknya seperti manusia seolah sedang menatap ke Kampung Doyo Lama. 

BACA JUGA:Sumsel Barat Terbentuk, Lubuklinggau Sudah Siapkan Kantor Gubernur

Saat ini kondisi batu-batu tersebut sudah mulai terkikis oleh iklim sehingga bentuk dan besarannya sudah tidak sama lagi.

Kategori :