Harmoni Kerukunan Antar Umat Beragama di Musi Rawas
Zubair Rafsanjani, Mahasiswa Magister Ilmu Komunikasi Universitas Bengkulu--
BACA JUGA:Karangketuan: Jejak Antropologis dan Kisah Heroiknya (7)
Namun meskipun memiliki keragaman baik secara etnis maupun agama masyarakat Musi Rawas hidup dengan aman, damai, rukun, guyub dan penuh tepo seliro.
Dalam puluhan tahun terakhir tidak ada konflik antar etnis maupun antar umat beragama di kabupaten Musi Rawas.
Bagaimana kerukunan dan kedamaian ini tetap terjaga hingga saat ini? Penulis melakukan penelitian di beberapa desa dengan komposisi masyarakat yang cukup heterogen baik etnis maupun latar belakang agama masyarakatnya.
Pertama penulis meneliti di dusun 7 Tribina Desa Suro Kecamatan Muara Beliti Kabupaten Musi Rawas yang dihuni oleh masyarakat Jawa, Lembak dan Bali.
BACA JUGA:Peningkatan Kompetensi Petugas: Kunci Utama Rehabilitasi Narapidana
Masyarakat Jawa dan lembak berlatar belakang agama Islam dan masyarakat Bali dengan latar belakang beragama Hindu.
Masjid dan Pure sebagai tempat beribadah berdiri kokoh, Masyarakat hidup rukun dan damai saling berdampingan adalah pemandangan sehari-hari yang dapat kita saksikan secara langsung.
Wayan Narbe selaku tokoh Agama Hindu menyatakan bahwa : “sejak pertama datang ke dusun 7 Tribina atau biasa disebut kampung bali, masyarakat Bali sudah terbiasa hidup berdampingan dengan masyarakat jawa maupun masayarakat dusun (Lembak). Tak pernah ada konflik baik antar suku maupun antar agam. Semua saling menghormati, saling menjaga kerukunan dan kedamaian. Anak-anak kami ada yang menikah dengan orang jawa ada juga yang menikah dengan orang dusun, kami persilahkan mereka mau memilih agama yang mana. Tidak ada yang harus dipaksakan.” Ungkap Wayan Narbe.
Hal ini merupakan implementasi dari ajaran kitab suci Veda serta makna dari filosofi Tri Hita Kirana, “Umat Hindu diarahkan untuk senantiasa berupaya menjalin hubungan harmonis antar umat beragama keberadaan manusia di dunia sebagai mahluk sosial tidak bisa lepas dari keberadaan manusia-manusia lainnya untuk bahu membahu slaing membantu demi terciptanya persatuan dan kesatuan yang kokoh. Menurut ajaran hindu segala perbedaan yang ada di dunia ini berasal dari Tuhan yang maha esa untuk memberi warna pada kehidupan manusa agar lembih indah.(P.S. Jayendra : 2015)
BACA JUGA:Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Keberhasilan Rehabilitasi Narapidana
Masyarakat kampung Bali atau masyarakat dusun 7 Tribina Desa Suro Kecamatan Muara Beliti nampak begitu faham bagaimana cara menjaga kedamain dan bertoleransi dalam suasana perbedaan.
Pengamalan surat Al-Kafirun yang menjungjung tinggi toleransi beragama di implementasikan dalam kehidupan sehari-hari oleh masyarakat Islam di kampung Bali.
Dalam kehidupan bermuamalah mereka saling gotong royong, bahkan untuk membangun masjid dan Pure yang ada di kampung Bali.
Saat Masjid dibangun Masyarakat Bali turut serta membantu dalam proses pembangunan, begitu juga saat Pure dibangun Masyarakat Jawa dan Dusun (lembak) turut serta ikut bergotong royong dalam proses pembangunannya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: