Ternyata Ini Alasan Idul Adha Kerap Disebut Hari Raya Kurban atau Lebaran Haji, Begini Sejarahnya

Ternyata Ini Alasan Idul Adha Kerap Disebut Hari Raya Kurban atau Lebaran Haji, Begini Sejarahnya

Hari Raya Kurban. --Freepik

LINGGAUPOS.CO.ID – Beberapa hari lagi umat Muslim di seluruh dunia akan menyambut Hari Raya Idul Adha 2024, yang mana tepatnya pada Senin, 17 Juni 2024 nanti.

Diambil dari berbagai sumber yang dikutip pada Jumat, 31 Mei 2024, pada umumnya, orang banyak tahu bahwa Idul Adha erat sekali berkaitan dengan kurban dan ibadah haji.

Yang mana, Idul Adha memanglah menandai dua perayaan rutin umat Islam, yaitu ibadah kurban serta penyelenggaraan ibadah haji serta ibadah kurban.

Oleh karena itu, Idul Adha kerap kali disebut sebagai lebaran haji sebab perayaannya bertepatan juga dengan pelaksanaan ibadah haji di Tanah Suci.

BACA JUGA:Sebelum Kurban Idul Adha 2024, Ketahui Ini 3 Larangan Dalam Berkurban, Tuntunan Nabi Muhammad SAW

Namun, kamu tentu kadang ingin tahu sejarah dari mengapa Idul Adha dapat disebut juga sebagai hari raya kurban dan lebaran haji, untuk itu yuk simak sejarahnya di bawah ini yang dilansir dari berbagai sumber.

Sebagai informasi, Idul Adha dapat juga disebut sebagai hari raya kurban serta lebaran Haji yang bermula dari pengorbanan Nabi Ibrahim.

Melansir dari laman resmi Nahdlatul Ulama (NU), perintah untuk berkurban ini teruntuk yang mampu bermula dari kisah pengorbanan Nabi Ibrahim serta anaknya, Nabi Ismail dalam menunaikan perintah Allah SWT.

Dikisahkan, pada saat Nabi Ismail beranjak remaja, Nabi Ibrahim sempat bermimpi untuk mengorbankan putra kesayangannya untuk disembelih.

BACA JUGA:Sebelum Kurban Idul Adha 2024, Ketahui Ini 3 Larangan Dalam Berkurban, Tuntunan Nabi Muhammad SAW

Yang mana, Nabi Ismail sendiri adalah anak pertama Nabi Ibrahim yang lahir setelah penantian panjang Nabi Ibrahim juga bingung menyikapi mimpinya.

Namun, ia tidak mengingkari mimpi tersebut, dan justru Nabi lebih memilih merenungi mimpi dan memohon petunjuk pada Allah.

Pada malam selanjutnya, mimpi yang sama kembali mendatangi makam Nabi Ibrahim, begitu juga dengan malam ketiga.

Setelah mimpinya yang ketiga, barulah Nabi Ibrahim ini yakin dan membenarkan bahwa mimpi tersebut benar-benar perintah serta harus untuk dilaksanakan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: