Karangketuan: Jejak Antropologis dan Kisah Heroiknya (1)

Karangketuan: Jejak Antropologis dan Kisah Heroiknya (1)

Karangketuan: Jejak Antropologis dan Kisah Heroiknya (1)--google maps

BACA JUGA:Kebijakan Pemasyarakatan: Kebijakan Perlakuan Khusus Terhadap Narapidana Resiko Tinggi di Lapas

B. Migrasi nan Visioner

Untuk melacak jejak awal sejarah Kelurahan Karangketuan, saya menemui tiga tokoh yang sekaligus pelaku sejarah keberadaan desa Karangketuan.

Saya mewawancarainya pada tanggal 5 dan 7 Agustus 2023. Ketiga narasumber tersebut adalah: (1) Sdr. Djawaludin bin Genti (77 tahun), Bawaludin (60 th) dan Deroh (82 th). Ketiganya adalah mantan Kades dan/atau Lurah Karangketuan. 

Dikisahkan oleh Sdr. Djawaludin, bahwa pada akhir tahun 1956, datanglah ke kampung Airketuan (kini Karangketuan), rombongan imigran lokal dari Dusun Lubuktube, Marga PSEKSU, Kecamatan Lahat.

BACA JUGA:Percayalah! Jaringan Aktor Berperan Penting dalam Meningkatkan Efektivitas Sistem Pemasyarakatan di Indonesia

Rombongan imigran tahap pertama ini terdiri dari 18 KK (secara bertahap) berikut anak-istrinya. Mula-mula berangkat 5 KK sebagai pioner, lalu disusul yang lain hingga berjumlah 18 KK hingga akhir tahun 1956. 

Menurutnya, perjuangan para orangtua berpindah ke Karangketuan sangatlah gigih, penuh harapan dan sekaligus melelahkan.

Kala itu, berangkat dari dusun Lubuktube menggunakan rakit bambu, berhanyut di sungai Kikim menuju Desa Bungamas.

Kemudian dengan menyewa kendaraan truk mengangkut seluruh properti rumah tangga dan alat-alat pertanian menuju Karangketuan.

BACA JUGA:Globalisasi: Ancaman atau Peluang Bagi Identitas Nasional Bangsa Indonesia?

Ke-18 KK ini secara bergantian menyewa mobil truk dalam bulan yang sama berpindah ke Karangketuan yang saat itu disebut Airketuan. 

Sebelum keberangkatan rombongan, terlebih dahulu dilakukan survei awal oleh tiga tokoh, yakni Saudara Kisum, Uni dan Sumbat. 

Ke-18 KK tersebut adalah: (1) Kisum, (2) Uni, (3) Sumbat, (4) Amal, (5) Ba’al, (6) Maradin, (7) Djamil, (8) Toni, (9) Sum, (10) Unip, (11) Satip, (12) Barun, (13) Juni, (14) Giwas, (15) Djohim, (16) Genti, (17) Hamidun, dan (18) Muhamad. 

Pada saat wawancara berlangsung, ke-18 KK yang merupakan pioner penghuni Desa Karangketuan tersebut ternyata telah wafat semua. Allohumaghfirlahum warhamhum wa afihi wa’fu anhum.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: