Miris, PBB Sebut Tidak Ada Lagi Bayi Lahir Berukuran Normal di Gaza, Simak Penyebabnya

Miris, PBB Sebut Tidak Ada Lagi Bayi Lahir Berukuran Normal di Gaza, Simak Penyebabnya

PBB sebut tidak ada lagi bayi lahir berukuran normal di Gaza.--Instagram @infipop.id

LINGGAUPOS.CO.ID – Perang Israel-Hamas di Jalur Gaza Palestina masih terus berlanjut hingga sampai hari ini yang membawa dampak luar biasa untuk masyarakatnya, termasuk kondisi ibu dan bayi.

Diambil dari berbagai sumber yang dikutip pada Senin, 18 Maret 2024, para dokter di Gaza mengatakan bayi yang baru lahir dalam kondisi yang kecil dan sakit-sakitan, ada juga bayi yang baru lahir meninggal, hingga perempuan terpaksa menjalani operasi caesar tanpa anestesi yang memadai.

Sementara itu, Perwakilan Dana Kependudukan PBB (UNFPA) untuk Palestina, Dominic Allen mengatakan situasi kemanusiaan di Gaza merupakan mimpi buruk untuk ibu serta bayinya.

Dalam konferensi persnya, dirinya menyampaikan laporan dari para dokter bahwa tidak ada lagi bayi yang lahir dengan ukuran normal.

BACA JUGA:Ini Tersangka yang Aksinya Viral, Begal Cewek Cantik di Simpang Blok 51 Lubuk Linggau

Allen juga mengatakan kondisi rumah sakit yang tidak memadai juga menyebabkan meningkatnya bayi lahir meninggal serta kematian neonatal sebab kurangnya gizi, dehidrasi, hingga komplikasi.

Selain itu juga, Allen menjelaskan otoritas Israel menolak adanya kiriman peralatan bidan dari UNFPA.

"Saya secara pribadi meninggalkan Gaza minggu ini karena miris terhadap satu juta perempuan dan anak perempuan di Gaza. Terutama pada 180 perempuan yang melahirkan setiap hari," kata Allen dalam konferensi pers video dari Yerusalem. 

"Para dokter melaporkan bahwa mereka tidak lagi melihat bayi berukuran normal," tutur Allen setelah mengunjungi rumah sakit yang masih menyediakan layanan bersalin di bagian utara Gaza, di mana kebutuhan akan bayi sangat besar.

BACA JUGA:Lapas Narkotika Muara Beliti Bekerjasama dengan Polres Musi Rawas Lakukan Kegiatan Pemeriksaan Senjata Api

Dirinya juga menjelaskan bahwa jumlah persalinan yang rumit tersebut diperkirakan dua kali lipat jika dibandingkan saat sebelum perang dengan Israel dimulai.

Yang mana berdampak di mana para ibu mengalami stress, ketakutan, kurang makan dan kelelahan.

"Kami mendapat laporan mengenai ketersediaan anestesi yang tidak mencukupi untuk operasi caesar, yang sekali lagi tidak terpikirkan," ungkap dia.

"Para ibu itu harus merangkul anak-anak mereka dan anak-anak itu tidak boleh dibungkus dalam kantong mayat," imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: