Warga Lubuklinggau Wajib Tahu Ini, Hati-hati Lewat Tol Palembang-Indralaya, Ini Pesan PT Hutama Karya

Hati-hati jika melintas tol Palembang-Indralaya-Dokumen-palpres.com
Khusus di wilayah Sumatera Selatan, ruas Jalan Tol yang masih dikerjakan dan hampir selesai diantaranya Tol Indralaya-Prabumulih, Tol Prabumulih-Muara Enim dan Tol Palembang-Betung.
Dalam pelaksanaan di lapangan, ternyata pihak rekanan yang ditunjuk menemukan sejumlah kendala.
Salah satunya lahan yang akan dibangun Jalan Tol sebagian besar tanahnya labil atau masih berbentuk rawa.
Dikutip dari beberapa sumber untuk mengatasi masalah ini, Kementerian PUPR bersama PT Hutama Karya (Persero) menerapkan teknologi Vacuum Consolidation Method (VCM).
BACA JUGA:4 Fakta Pembangunan Tol Bengkulu-Lubuklinggau, Panjang 95,8 KM, Nomor 2 Bikin Pengendara Tersenyum
Teknologi teknologi Vacuum Consolidation Method ternyata pertama kali digunakan di Indonesia saat pembangunan Jalan Tol Palembang–Indralaya (Palindra).
Penggunaan teknologi teknologi Vacuum Consolidation Method bertujuan untuk mengurangi kadar air maupun kadar udara dalam tanah.
Badan Pengelola Jalan Tol (BPJT) mencatat, kondisi lahan jadi masalah yang dihadapi pengembang saat pembangunan.
Selain sulit dijangkau, pembangunan jalan tol di Sumatera juga dihadapi dengan lahan yang permukaannya beda dengan tanah-tanah umumnya di ruas jalan tol Pulau Jawa.
BACA JUGA:Soal Lokasi Wilayah Dilewati Tol Muara Enim-Lubuklinggau, Berikut Pernyataan Kadis PUPR Lubuklinggau
Tak sedikit pengembang menemukan lokasi lahan tol dengan kondisi tanah aslinya yang lunak dan berair atau biasa disebut tanah rawa.
Litbang memang mencatat, luas lahan rawa di Indonesia adalah sekitar 34,12 juta ha, terdiri atas lahan rawa pasang surut 8,92 juta ha dan lahan rawa lebak 25,20 juta ha.
Dan lokasi lahan rawa ini banyak tersebar di Pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Papua.
Kepala BPJT Danang Parikesit mengatakan, khusus di Sumatera, situasi ini jadi tantangan pihak kontraktor dalam menyelesaikan pekerjaannya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: