Sejarah Empat Lawang, Diusulkan jadi Ibukota Keresidenan, Punya Peran Penting, Benarkah Ada 4 Pintu?

BACA JUGA:5 Jenis Ayam Petarung Dunia yang Digemari, Nomor 2 Selalu Juara di Gelanggang

Saat itu daerah Tebing Tinggi dinilai strategis untuk menghalau ancaman pemberontakan daerah sekitarnya, seperti Pagar Alam, Pasemah dan daerah perbatasan dengan Bengkulu. 

Namun rencana itu batal karena Belanda hanya membentuk satu keresidenan, yaitu Sumatera.

Selanjutnya pada tahun 1942-1945, saat masa penjajahan Jepang Onderafdeeling Tebing Tinggi berganti nama menjadi wilayah kewedanaan. 

Hingga akhirnya pada masa kemerdekaan menjadi bagian dari wilayah sekaligus ibu kota bagi Kabupaten Empat Lawang.

BACA JUGA:Cerita Rakyat Musi Rawas, Nggak Nyangka, Ternyata Begini Cara Bujang Bekorong Mencari Tempat Bidadari Mandi

Dalam kesehariannya, masyarakat Kabupaten Empat Lawang menggunakan 5 bahasa daerah.

Pertama Bahasa Besemah yang merupakan bahasa mayoritas masyarakat Kota Pagaralam dan Kabupaten Lahat. 

Di Empat Lawang ada satu kecamatan yang masyarakatnya adalah penutur asli bahasa Besemah ini yakni Kecamatan Pasemah Air Keruh.  

Adat istiadat dan bahasa di daerah ini memang masih kental kebesemahannya meskipun wilayahnya masuk dalam Kabupaten Empat Lawang. 

BACA JUGA:Sejarah Keramat Penjage Bengkal dan Dian Pematang Hijau di Musi Rawas, Asal Mula Desa Lubuk Tua

Kecamatan ini merupakan Kecamatan paling susah dicapai dari ibukota Empat Lawang. 

Wilayah ini cukup kaya hasil pertaniannya baik sawah atau kopi. Seperti pekerjaan umumnya masyarakat Besemah bertani atau berkebun terutama kopi. 

Ada juga penutur bahasa Besemah dialek Kikim di beberapa desa di Kecamatan Tebing Tinggi yang berbatasan dengan wilayah Kikim di Kabupaten Lahat. 

Masyarakat Empat Lawang dalam keseharian juga sering menggunaka Bahasa Lintang. 

Sumber: