Membanggakan! Guru SDN 58 Lubuklinggau Raih Beasiswa Microcredential Monash University Australia
Guru penerima Beasiswa Microcredential Monash University, Australi, Bidang Numerasi, 2023 Supriyadi foto bersama peserta didiknya di SDN 58 Lubuklinggau.--
LUBUKLINGGAU, LINGGAUPOS.CO.ID - Membanggakan, seorang guru Kota Lubuklinggau Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) lolos seleksi Beasiswa Microcredential Monash University, Australia, Bidang Numerasi, 2023.
Guru berprestasi itu yakni Supriyadi, M.Pd yang kini menjadi Wali Kelas V SDN 58 Lubuklinggau.
Alumni S1 STKIP PGRI Lubuklinggau (sekarang UNPARI) dan alumni S2 Universitas Sriwijaya itu mengatakan peserta seleksi beasiswa ini ada 1.223 orang.
“Yang lolos sampai tahap akhir ada 30 guru SMP, dan 40 guru SD dan PAUD. Dari Sumatera Selatan, peserta yang lolos ada 1 guru SD dari Lubuklinggau Alhamdulillah saya dan 1 guru SMP dari Palembang,”katanya, Sabtu 15 Juli 2023.
BACA JUGA:Pelepasan dan Pengukuhan Alumni Angkatan 2023 SD Negeri 58 Lubuklinggau Sukses Digelar
Suami dari Siti Amalia itu dapat info tentang beasiswa ini dari kabar yang disebar oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Lubuklinggau, pengawas maupun grup-grup WA.
“Saya belum pernah ikut seleksi beasiswa sejenis. Tapi saya sering mengikuti seleksi kegiatan-kegiatan guru tingkat nasional, misalnya pelatihan karya ilmiah, seleksi pemakalah nasional untuk hasil penelitian, dan lain-lain,” ungkap Supriyadi.
Ia tertarik ikut seleksi, karena punya semangat bahwa dalam hidup ini tidak boleh berhenti belajar.
“Ya, motivasinya itu. Dalam hidup tak boleh berhenti belajar. Apalagi saat ini banyak beban yang dipikul guru, tentang penguatan karakter, tentang learning loss pasca pandemi (meski bukan tugas guru saja), dan informasinya learning loss tertinggi justru pada numerasi. Maka, saya rasa, kegiatan ini wajib saya coba,”jelasnya.
BACA JUGA:Mahesa Putra Pradana dan Cindy Putri Amalia Bujang Dehe Musi Rawas 2023
Maka, Supriyadi mulai mengikuti seleksi administrasi, berupa, pemberkasan seperti TOEFL, izin atasan, dan juga menulis esai. Selanjutnya tahap wawancara. Esai maupun wawancara menggunakan full english.
“Tahapan seleksi yang cukup sulit, esai dan wawancara. Sebenarnya ini adalah dua hal yang sama tapi dalam bentuk yang berbeda. Esai ditulis, wancara dibicarakan. Tapi hal yang dibahas sama. Nah, kesulitannya adalah bagaimana dengan esai yang singkat kita mampu menyampaikan isu, ide, dan apa yang ingin kita lakukan,” jelasnya.
Saat ini, Supriyadi, baru saja menyelesaikan kegiatan pembekalan, dan selanjutnya ada tahapan tatap muka bersama pakar numerasi dari Monash University, Australia di Jakarta.
“Jadi Beasiswa Micro Credential adalah beasiswa pendidikan jangka pendek secara daring selama kurun waktu 3, 4, atau 6 bulan pada perguruan tinggi luar negeri yang sudah ditetapkan. Jadi kita tidak bermukim di luar negeri. Kegiatannya akan bersama pakar-pakar dari universitas luar negeri. Ada 11 kampus luar negeri yang bekerjasama dengan akemendikbudristek, misalnya: cambridge, stanford, monash university dan lain-lain. Lingkupnya pun berbeda-beda: Ada numerasi, literasi, kemampuan berbahasa inggris, reading and writing dan lain-lain,” jelas Fatih, Aqilah, dan Ammar ini.(*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: linggaupos.bacakoran.co