Kadinkes Lubuklinggau: Angka Stunting Menurun

Kadinkes Lubuklinggau: Angka Stunting Menurun

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Lubuklinggau, Erwin Armeidi-Dokumen-

LUBUKLINGGAU, LINGGAUPOS.CO.ID  – Permasalahan stunting menjadi priotitas pemerintah saat ini, baik pemerintah pusat hingga pemerintah daerah. Bahkan Presiden RI, Jokowi meminta Target nasional pada tahun 2024, prevalensi stunting turun hingga 14%.

Untuk itu, setiap daerah sangat memprioritaskan masalah penurunan angka stunting.Termasuk di Lubuklinggau, Musi Rawas dan Muratara.

Di Lubuklinggau, Wali Kota Lubuklinggau H SN Prana Putra Sohe beberapa waktu lalu menyebutkan, ada 321 anak stunting. Lalu ada 18 ribu anak yang rentan stunting.

Untuk itu tegas Nanan, sapaan akrabnya ini jika permasalahan stunting menjadi perhatian khusus pemerintah. Bahkan 2023, Pemkot siap menggelontorkan anggaran khusus untuk menangani permasalahan stunting.

Namun data terakhir cukup menggembirakan. Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Lubuklinggau, Erwin Armeidi mengungkapkan data terbaru kasus stunting di Lubuklinggau menurun.

“Per Oktober 2022  cek, dari 321 turun menjadi 210 anak yang stunting. Ya bersyukur, ini  hasil upaya intervensi yang gencar kita lakukan ada perkembangannya. Memang setiap bulan kasus stunting itu bisa turun, bisa naik. Ya mudah-mudahan terus turun,” ungkap Erwin.

Melalui Kasi Kesehatan Masyarakat (Kesmas)  H M Ridho Nugroho menjelaskan, stunting adalah dimana kondisi ukuran tubuh anak lebih rendah dari ukuran normal.

Dengan indikator tinggi badan perumur, sedangkan bayi panjang badan perumur seperti bayi lahir diukur apabila kurang dari 49 cm bisa masuk kategori stunting, sedangkan setahun kita ukur tinggi badannya hinggah sampai 2 tahun.

“Di Lubuklinggau saat ini, wilayah penyebaran stunting dan menjadi jadi locus untuk pencegahan stunting yakni di kecamatan Lubuklinggau Selatan II atau wilayah Puskesmas Simpang Periuk. Lebih tepatnya di tiga Kelurahan yakni Kelurahan Eka Marga, Karang Ketuan dan Siring Agung. Kenapa disana, karena  paling tinggi angka kasus balita stunting ,” ungkap H M Ridho Nugroho yang  juga ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi) Kota Lubuklinggau, kemarin.

Penyebab stunting jelasnya, kekurangan asupan nutrisi jangka panjang (kronis) sejak masa nol kehamilan ibu sehingga menyebabkan bayi pas lahir stunting. Biasanya kondisi ibu mengalami anemia atau kekurangan darah dan konsumsi makanan bergizinya kurang, sehingga berpengaruh pada bayi dalam kandungan.

Untuk pencegahan stunting, dimulai ibu itu dinyatakan hamil harus langsung periksa rutin ke Bidan, posyandu dan dokter kandungan. Lalu mulai perhatikan gizinya dengan menambah kalori ibunya hinggah usia kandungan 9 bulan, konsumsi tablet tambah darah dengan 90 tablet selama kehamilan.

“Kalau dari Dinkes Lubuklinggau untuk lakukan pencegahan stunting sudah banyak  dilakukan yakni intervensi langsung dengan memberikan makanan tambahan bagi ibu hamil seperti roti, tablet tambah darah, dan pengobatan kesemuanya ada di Posyandu sehingga ibu hamil wajib empat kali ke Posyandu,” ungkapnya.

Dalam mengatasi stunting sekarang bukan hanya dilakukan pihaknya, namun dibentuk Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) yang dikoordinir oleh Bappeda yang didalamnya ada beberapa OPD yakni Dinas PP dan KB, Dinas Sosial, DInas Perkim, PU,  Ketahanan Pangan, dinas Perikanan dan Dinas Pendidikan. Jadi sama-sama mencegah stuntingnya.

“Kalau kita (Dinkes, red) hanya sektor spesipik saja dengan anggaran  30 persen untuk pencegahan stunting sedangkan Dinas lainnya yakni sektor sensitif dengan anggaran 70 persen. Untuk Dinkes anggaran yang digelontorkan yakni Rp 500 juta dalam pengadaan alat antropometri yang dibagikan ke posyandu dan pemberian pokok makanan bergizi seimbang Rp 70 juta. Saat ini ada 30 balita stunting yang sudah diberikan selama 90 hari yang di lakukan sejak September hingga akhir Desember nanti dengan diberikan makan setiap hari, dengan setiap bulan kita ukur badannya.30 balita stunting ini semuanya di Kecamatan Lubuklinggau Selatan II,” ungkapnya. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: