Kasus Penganiayaan Mahasiswa UIN Raden Fatah Palembang Dilaporkan ke Polisi

Kasus Penganiayaan Mahasiswa UIN Raden Fatah Palembang Dilaporkan ke Polisi

Rusli, orang tua korban kekerasan mahasiswa UIN Raden Fatah Palembang--

 

PALEMBANG, LINGGAUPOS.CO.ID – Kasus penganiayaan mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Fatah Palembang berinisial A (19), tetap dilaporkan ke polisi, walaupun sudah ada kesepakatan damai.

 

Apalagi saat ini, korban masih menjalani perawatan di RS Hermina Jakabaring.

 

Hal ini ditegaskan ayah korban, Rusdi (54), Senin 3 Oktober 2022.

 

Sambil menahan tangis, Rusdi menyebut tidak akan tinggal diam, dan bakal menempuh kasusnya hingga ke jalur hukum.

BACA JUGA:Serem, Mahasiswa Disiksa dan Ditelanjangi Saat Ikuti Diksar UKMK UIN Raden Fatah Palembang

 

“Saya sebagai orang tua sangat sedih dan kecewa mendengar anak saya ditelanjangi, dianiaya, disulut api rokok dan tindakan kekerasan lain. Dan saat ini penglihatannya kabur,” kata Rusdi di RS Hermina.

 

Rusdi mengaku bakal melanjutkan permasalahan ini ke jalur hukum meski sebelumnya sudah ada surat perdamaian yang difasilitasi Polsek Gandus.

 

Rusdi menyebut ada perjanjian agar korban tidak boleh melaporkan kejadian tersebut ke orang tua oleh pelaku.

 

“Tadi juga ada sudah ada yang datang membesuk dari teman-teman anak saya dan sebagian panitia,” ujar Rusdi.

BACA JUGA:Nasdem Resmi Usung Anies Baswedan Capres 2024

Korban sendiri diketahui, mahasiswa semester tiga Fakultas Adab dan Humaniora jurusan Perpustakaan.

 

Ia menjadi korban kekerasan sesama panitia Diksar UKMK Litbang UIN Raden Fatah di Bumi Perkemahan Pramuka Gandus, Sabtu 1 Oktober 2022 malam. 

 

Imbas penganiayaan, korban menderita luka pada beberapa bagian tubuhnya. Bahkan harus dilarikan ke UGD RS Hermina Jakabaring.

 

Ayah korban, Rusli mengungkapkan adanya aksi kekerasan ini.

BACA JUGA:Soal Perampokan di Jalinsum, Polisi Periksa Orang Dicurigai di Internal CV SMS, ini Hasilnya

Bahkan menurut Rusli, anaknya ditelanjangi di dalam musala, lalu dipukuli secara membabi buta oleh para seniornya yang berjumlah belasan orang.

 

Bukan itu saja, bahkan, mata anaknya ditusuk menggunakan bambu dan rokok. Akibatnya, saat ini A menjadi trauma.

 

“Dia sampai berucap tidak mau lagi melanjutkan perkuliahannya di kampus tersebut,” kata Rusli, Senin 3 Oktober 2022.

 

“Kami ini hanya orang kecil. Kalau kami bertindak takutnya terjadi apa-apa dengan anak kami. Tapi, jujur saya sakit hati mendapati anak saya diperlakukan seperti ini,” cerita Rusli.

BACA JUGA:Polres Musi Rawas Laksanakan Operasi Sikat Musi, ini Targetnya

Dari cerita yang dia dapat, awalnya sang anak mengikuti diksar selama beberapa hari itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: sumeks.co