Sejarah & Dinamika Desa Q Buminoto Musirawas (2)

Sejarah & Dinamika Desa Q Buminoto Musirawas (2)

Kopifoto Disertasi KJ Pelzer (1945). [Dokpri: Hendy UP, 7 Agustus 2025]--

Catatan: Hendy UP *) 

Menurut Mantan Kades Rispan, kondisi Desa Q. Buminoto hingga tahun 1963-an sungguh sangat terisolir. Kala itu, posisinya berada di ujung lokasi transmigrasi. Berbatasan langsung dengan hutan belantara kawasan Dusun Suro, Muarabeliti dan Dusun Petunang. 

Desa Bumiagung dan Manahresmi kala itu masih berupa talang/rompok pribumi dari Dusun Suro dan Petunang.  Patut diduga, nama Desa Bumiagung ada kaitannya dengan hilangnya Desa Q. Buminoto pada tahun 1965 itu. Sama-sama memakai kata 'bumi'. Sayang, narasumber yang tua-tua sudah susah ditemui.

Ayah mantan Kades Rispan sendiri (Pak Kasni) adalah transmigran tahun 1939 dari Blitar di Desa L. Sidoharjo. Pada tahun 1963, oleh Pemerintah ditunjuk sebagai  "agen/promotor"  program transmigrasi; disuruh pulang ke Blitar untuk mengajak warga di kampungnya mengikuti program transmigrasi. 

BACA JUGA:Sejarah & Dinamika Desa Q Buminoto Musirawas (1)

Masih menurut Pak Rispan, jika hendak pergi ke F. Trikoyo, sepanjang jalan tanah antara Q ke F, terdapat  kebun nanas di kiri-kanan jalan, khususnya antara  Desa L ke Desa Kalibening. Jaringan irigasi belum dibangu di L. Sidoharjo, apalagi ke Desa Q. Buminoto. Kanal irigasi primer dari Bendung Watervang  baru sampai di F. Trikoyo. 

Jangan dibayangkan  ada jalan poros dari Q. Buminoto ke F. Trikoyo. Di kiri-kanan jalan masih berupa hutan muda, repuhan dan rawa-rawa. Atau,  jangan pula dibayangkan ada jalan poros hotmik dari Desa Bumiagung ke Muarabeliti.

Jalan poros dari Muarabeliti ke Bumiagung tetus ke  F.Trikoyo itu baru dibangun tahun 2006 di era Bupati Ridwan Mukti. Sedangkan pengoralan jalan dari L. Sidoharjo ke Q1 Tambahasri baru dibangun tahun 1987, seiring dengan masuknya jalur  PLN di tahun yang sama.

Pada sekitar tahun 1954, di era Bupati Mohammad Arif (masih bernama Kab. Moesi Oeloe Rawas), Desa Q. Buminoto dijadikan lokasi pembinaan Suku Anak Dalam (SAD) alias suku Kubu. Ini merupakan proyek uji coba Departemen Sosial RI di masa Menteri Raden  Pandji Soeroso era Kabinet Ali Sastroamidjojo 1. 

BACA JUGA:Dana PIP Dicairkan Agustus 2025, Jangan Salah Ini Nominalnya

Kala itu, Pemerintah menyediakan lahan 81 hektar untuk sekitar 50 KK  SAD, yang kelak di tahun 1979 dikembalikan menjadi aset desa. Para tokoh SAD yang berhasil menetap (tidak nomaden lagi) antara lain adalah Pak Kodim, Pak Alin Ulo dan Danti yang telah wafat tahun 2014 lalu. Para dzuriyatnya sudah seperti masyarakat biasa, beragama Islam, dan relatif telah meninggalkan "tradisi" Kubunya. 

Tentang dinamika politik pedesaan dan suksesi pemimpin Desa Q1. Tambahasri,  dengan semangat Pak Rispan bertutur begini. "Sebelum ada monoloyalitas ke Golkar tahun 1970-an, peran tokoh partai sangat memengaruhi konstalasi politik di pedesaan, khususnya pada saat pencalonan Kades. Di era Kades Muksin, peran tokoh NU mampu menggolkan kadernya, yakni Kades Muksin".

Ketika masa jabatan Kades Rispan berakhir (1995),  ditunjuk Pjs. Kades Mohammad Ali yang  adalah Sekdes era Rispan. Pada Pilkades 1996, Mohammad Ali memenangkan pesaingnya Pak Hadi yang merupakan  pensiunan TNI. Selanjutnya pada Pilkades  2001, dimenangkan oleh Subagyo atas pesaingnya Supri. 

Dan pada Pilkades 2006, petahana Subagyo bersaing dengan Arifin dan Supri. Perhelatan Pilkades tersebut dimenangkan oleh  Arifin. Pada kontestasi Pilkades 2012, Kades Arifin menang kedua kalinya, setelah bersaing dengan calon Sumardi (guru). 

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber:

Berita Terkait