Oleh: Muhammad Mardani *)
Membangun gerakan pemuda-pemudi di desa bukanlah perkara mudah, meskipun potensinya sangat besar.
Tantangan utama justru muncul dari dinamika sosial dan kondisi lokal yang sering kali kompleks. Pertama, rendahnya partisipasi dan motivasi menjadi hambatan awal.
Banyak anak muda di desa terfokus pada pekerjaan atau sekolah, sehingga sulit meluangkan waktu untuk kegiatan kolektif.
BACA JUGA:Rusaknya Moral Anak Muda Akibat Media Sosial
Sebagian lainnya merasa bahwa kegiatan kepemudaan tidak memberikan manfaat langsung bagi masa depan mereka.
Selain itu, perbedaan minat dan latar belakang juga membuat penyatuan visi menjadi tantangan tersendiri.
Ada pemuda yang tertarik pada kegiatan kreatif, sebagian pada olahraga, sebagian lagi pada kegiatan sosial, namun belum tentu semuanya memiliki ruang untuk berkembang.
Tanpa kesamaan tujuan yang jelas, gerakan pemuda mudah kehilangan arah.
BACA JUGA:Etika Digital Generasi Muda di Era Media Sosial
Tantangan lain muncul dari kurangnya fasilitas dan dukungan, baik dari pemerintah desa maupun masyarakat.
Minimnya ruang berkegiatan, dana, atau pendampingan sering membuat inisiatif pemuda berhenti di tengah jalan.
Bahkan dalam beberapa kasus, gerakan pemuda dianggap kurang penting atau tidak mendapat kepercayaan penuh dari para tokoh desa.
Selain faktor internal dan struktural, terdapat pula tantangan budaya, seperti sikap pasif, rasa sungkan, atau pola pikir bahwa urusan desa adalah tanggung jawab orang yang lebih tua.
BACA JUGA:Mewujudkan Keadilan Sosial dalam Kebijakan Ekonomi Indonesia