Kemduain Andi Depu mengatakan, “Lumbangpai Batangngu, Muliai Pai Bakkeu, Anna Lumbango Bandera” kata Andi Depu dengan suara lantang dalam bahasa Mandar , sambil mendekap tiang bendera di tengah kepungan tentara Belanda.
Kalimat tersebut bila diartikan dalam bahasa Indoneisa artinya, “Biarlah saya gugur, mayatku kalian langkahi, baru bisa kau turunkan bendera ini”.
Kata-kata itulah yang diucapkan oleh Andi Depu sang raja wanita di Tanah Mandar, Sulawesi Barat yang menggetarkan tentara Belanda.
Hal itu Andi Depu lakukan demi mempertahankan bendera merah putih agar tetap berkibar di halaman istana Kerajaan Balanipa, hingga akahirnya Belanda pun tak jadi menurunkan bendera tersebut.
BACA JUGA:Mengenal Sosok Hebat Rasuna Said, Pahlawan Wanita yang Berhijab, Begini Perjuangannya
Aksi Andi Depu membuat pengawal istana dan warga Tinambuang menerobos kepungan Belanda dan berdiri mengelilingi Andi depu.
Terbilang nekat, karena para pengawal istana dan masyarakat sekitar hanya bersenjatakan keris dan tombak ketika menghalangi tentara Belanda.
Bahkan, akibat aksinya itu, Andi Depu nyaris saja dipenggal oleh tentara NICA karena menolak menurunkan bendera merah putih di halaman rumahnya.
Melihat ketahanan dari perjuangan rakyat Mandar yang dipimpin oleh Andi Depu, Belanda pun tidak berani menurunkan bendera tersebut.
BACA JUGA:6 Pahlawan Wanita Indonesia Berperan Penting Dalam Kemerdekaan, Patut Dikenang, Begini Perjalanannya
Andi Depu bisa leluasa berjuang ke mana-mana tanpa dicurigai sebagai pejuang karena ia adalah seorang wanita.
Namun, ditengah kegigihannya melawan penjajag Belanda, dia justru ditentang oleh Suaminya, Andi Baso Pabiseang yang cenderung dekat dengan Belanda.
Lantas, karena punya pemikiran berbeda Andi Depu pun memilih berpisah atau cerai dengan suaminya.
Setelah bercerai, Andi bersama dengan anak laki-lakinya bernama Andi Perenrengi, bergabung dalam pergerakan rakyat Mandar dalam melawan penjajah Belanda.
Ia memilih menetap di rumah orang tuanya yang akhirnya dibuat sebagai markas pertahanan.