Menjenguk Gedung Tua Bappeda Musirawas

Sabtu 06-07-2024,19:10 WIB
Reporter : Endang Kusmadi
Editor : Endang Kusmadi

Yaa, derap pembangunan, kadang seperti mengubur bongkah sejarah. Lalu musnah, karena  sedikit orang yang peduli untuk sekadar mencatatkan kisah. 

Gedung ini membelakangi lapangan upacara Pemda. Di pagi hari, di sorot mentari, dindingnya tampak comeng, suram-pucat bagai berpupur-bedak kadaluwarsa.

Tampak belepotan sengkarut warna, mirip anak ikan semah  hasil berkawin dengan sepat  di sungai Endikat.

Dari jauh tampak menggigil menahan dingin, agak-agak doyong tak kuat menahan beban.

BACA JUGA:Kebijakan Pemasyarakatan: Kebijakan Perlakuan Khusus Terhadap Narapidana Resiko Tinggi di Lapas

Menjelang petang, tampak gerah, berlumur keringat busuk yang menguar dari pori kusen pintu dan jendela kaca.

Di ruang rapat lantai dua, daun pintu dan plafonnya mulai terjungkal berjatuhan. Miring melintang centang-perenang.

Ini ulah para kumbang yang  leluasa ulang-alik tanpa mematuhi rambu-rambu penerbangan di ruangan khusus.

Mungkin mereka tahu bahwa pemilik gedung ini tak jelas dan tanpa status. 

BACA JUGA:Percayalah! Jaringan Aktor Berperan Penting dalam Meningkatkan Efektivitas Sistem Pemasyarakatan di Indonesia

Halaman gedung tua itu seperti meronta pasrah. Mungkin ingin kembali menjadi huma yang subur di tengah hutan adat marga Proatinlima dahulu kala.

Atau, setidaknya menjadi area Onderneming Tabapingin ketika pertama kali dimanjakan Kolonial Belanda sebagai kebun  sawit di tahun 1919.

Pada dekade tahun  1990-an  hingga 2015-an, gedung itu sungguh sangat bergengsi. Aku adalah salah satu ASN yang wajib bersaksi.

Dari sisi sivil-arsitekturalnya, bangunan itu tampak modern. Anggun  nan kokoh.

BACA JUGA:Globalisasi: Ancaman atau Peluang Bagi Identitas Nasional Bangsa Indonesia?

Konstruksinya menjulang tinggi, dengan kalkulasi lengkung geometrikalnya yang bersudut gempal di atas pintu utama.

Kategori :