Oleh : Hendy UP *)
Sepanjang karierku sebagai ASN, aku pernah singgah tugas di Bappeda Musirawas. Tidak terlalu lama.
Lalu ditugaskan Diklat SPAMEN- LAN di Jakarta selama 9 pekan; kemudian bergeser ke dinas teknis hingga pensiun tahun 2012.
Dalam catatan, Bappeda Mura dibentuk pada akhir 1974, berdasarkan Keppres RI No. 15/1974 & Kepmendagri No. 142/1974.
BACA JUGA:Karangketuan: Jejak Antropologis dan Kisah Heroiknya (7)
Mula-mula berkantor di Lapangan Merdeka yang kini menjadi Masjid Agung As-Salam Lubuklinggau.
Pada tahun 1985-an, pada era Bupati Syueb Tamat (1980-1990), Bappeda menempati gedung baru di Tabapingin.
Aku berkantor di lantai dua, sebuah gedung megah nan berwibawa kala itu, di kompleks perkantoran Pemda Musirawas yang kini nyaris tak terpelihara, ditumbuhi repuh dan aneka gulma.
Gedung itu beradu punggung dengan Auditorium yang menjadi saksi bisu aneka aktivitas kepamongprajaan: rapat akbar, seminar, pelantikan pejabat, hingga acara hingar-bingar yang kadang irasional.
BACA JUGA:Peningkatan Kompetensi Petugas: Kunci Utama Rehabilitasi Narapidana
Hari-hari ini, gedung jangkung itu tampak lusuh-kusut berbalut lumut. Sekililing fondasinya bertumbuh perdu apit-apit yang liar menjalar.
Juga di seputar teras balkon yang melingkari muka gedung itu. Dinding temboknya dirayapi akar-akar herbal yang merepuh, mengundang burung emprit dan puyuh semakin betah berteduh.
Jika kita menjejak dari dekat, gedung itu menguar aura horor. Di sekeliling halamannya terasa denyut-getar bagaikan tremor.
Mungkin geliat molekul fosil di bawah subsoil yang merekah, yang dulunya tak rela dilibas buldozer pongah.
BACA JUGA:Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Keberhasilan Rehabilitasi Narapidana