Dikatakannya, saat ini bukit-bukit di hulu sungai, termasuk kawasan TNKS sudah gundul, pepohonan ditebangi.
“Di pinggiran sungai jadi kebun sawit. Air turun dari Bukit Barisan meluncur langsung ke sungai tanpa ada yang menahan lagi," kata Ramdhon.
Menurut Ramdhon, kondisi kerusakan lingkungan juga diperparah dengan maraknya aktivitas penambangan liar emas di ulu aliran sungai.
Kondisi tersebut menyebabkan kerusakan alam makin parah, disertai pendangkalan aliran sungai.
BACA JUGA:Banjir Muratara, Satu Desa Terisolir, Rawas Ulu Siaga, Ada yang Mengungsi
Bahkan tak menutup kemungkinan banjir bandang akan kembali terjadi di lain waktu.
Sementara itu Safar,warga Desa Bukit Ulu, Kecamatan Karang Jaya menceritakan detik-detik banjir melanda pada Selasa, 16 April 2024 sekitar pukul 05.00 WIB.
Awalnya hujan deras di wilayah ulu Bukit Barisan terjadi sejak Senin, 15 April 2024 malam.
Sebelum banjir menerjang desa, warga sempat melaksanakan salat Subuh berjemaah di masjid yang berada di tepian Sungai Rupit.
BACA JUGA:Mobil Hilang di Empat Lawang, Ditemukan di Kebun Warga Ketuan Musi Rawas
“Waktu itu kami melihat air luapan sungai mulai turun dari ulu, bawa akar dan potongan kayu yang hanyut terbawa air,” cerita Safar.
Air terus meluap dan akhirnya menggenangi pemukiman warga. Hanya dalam tempo beberapa jam. Awalnya setinggi 1 meter, lalu naik lagi jadi 2 meter.
Di titik yang dalam 5 meter dan paling dalam bisa 7 meter, itu kondisi sekitar pukul 12.00 WIB.
Sejak awal air mulai genangi pemukiman, warga yang semula bersiap melakukan aktivitas pagi mulai was was dan waspada. Begitu banjir makin dalam, kepanikan pun terjadi.
BACA JUGA:Pelantikan 186 Pejabat Musi Rawas Langgar SE Mendagri, Begini Tanggapan Bawaslu Sumatera Selatan
Rata-rata warga tidak siap. Karena wilayah mereka dalam periode puluhan tahun terakhir tidak pernah tersentuh banjir luapan sungai.