LINGGAUPOS.CO.ID – Ahli bedah asal Inggris Nick Maynard ini berbicara dan menceritakan luka parah yang ia saksikan, terutama di kalangan wanita dan anak-anak di Rumah Sakit Al-Aqsa di Gaza.
Diambil dari berbagai sumber yang dikutip pada Senin, 25 Maret 2024, konsultan dokter bedah Inggris yang menjadi sukarelawan di Jalur Gaza ini, menemukan kasus yang mengerikan setelah militer Israel menyerang Rumah Sakit Al-Shifa, Kota Gaza.
“Saya sudah pergi ke Gaza selama hampir 15 tahun, dan saya pikir saya sudah siap dengan apa yang akan saya lihat. Tapi saya melihat kasus-kasus terburuk sepanjang 30 tahun karir saya di Rumah Sakit al-Aqsa,” kata Maynard.
Selain itu juga, Maynard menyoroti kurangnya sumber daya penting, termasuk morfin yang menyebabkan kematian seorang anak kecil yang menyiksa.
“Satu anak yang tidak akan pernah saya lupa telah terbakar begitu buruk. Kau bisa melihat tulang wajahnya. Kami tahu tidak ada kesempatan untuk dia selamat dari itu, tetapi tidak ada morfin untuk memberikannya,” ujarnya.
Maynard mengatakan cedera klinis yang mengerikan dan tragis ini justru menimpa anak-anak dan perempuan, seperti luka bakar yang parah dan luka traumatis dialami serta tidak ada ruang untuk menanganinya.
“Cedera klinis yang mengerikan, kebanyakan menimpa anak-anak dan perempuan. Luka bakar yang parah, luka traumatis, dan tidak ada ruang untuk menangani kasus tragis ini,” katanya.
Lebih lanjut, Maynard menambahkan parahnya korban tidak mempunyai peluang selamat dan akhirnya meninggal dunia dalam kesakitan lantaran tidak punya obat pereda rasa sakit atau nyeri.
“Ia jelas tidak memiliki peluang untuk selamat dan akan meninggal dunia, tapi saya tidak memiliki obat pereda rasa sakit untuknya, ia meninggal dengan penuh kesakitan di lantai departemen gawat darurat,” katanya.
Pada bulan Januari lalu pada surat kabar Inggris, Telegraph, Maynard menjelaskan ia sudah melihat kasus sangat mengerikan selama berkarir sebagai dokter bedah.
Namun, apa yang ia saksikan di Rumah Sakit Syahid al-Aqsa di Gaza tengah terus menerus menghantuinya seumur hidup.
“Itu adalah satu-satunya hal terburuk yang pernah saya lihat dalam 35 tahun karir medis saya,” katanya kepada Telegraph setelah tiba di rumah di Oxford pada Januari lalu.
BACA JUGA:Ternyata ini yang Akhirnya Merawat Bayi Dalam Kardus di Lubuk Linggau, Namanya Diubah