Makna dari kata berita gembira pada ayat itu adalah mimpi baik yang dialami oleh seorang Muslim.
Adapun hadist makna ayat di atas juga menjelaskan:
“Yang dimaksud kegembiraan dalam ayat di atas adalah mimpi yang baik yang terlihat oleh orang Muslim atau yang diperlihatkan padanya,” (HR. Ibnu Majah).
Makna tersebut tidak heran jika dalam menentukan sebagian dari hukum syariat. Nabi menjadikan dasar penetapannya pada sebuah mimpi yang dialami oleh para sahabat.
BACA JUGA:7 Jenis Sedekah yang Akan Mendatangkan Kemuliaan dan Pahala Besar Bagi yang Menunaikannya
Sebagai contoh dalam menentukan persyariatannya adzan berdasarkan mimpi Abdullah bin Zaid dan Umar bin Khattab.
Hal tersebut merupakan salah satu contoh dari mimpi yang merupakan petunjuk dari Allah.
Untuk membedakan antara mimpi yang benar dari Allah dengan mimpi yang berasal dari bisikan setan yaitu salah satunya ditandai dengan waktu yang terjadinya mimpi tersebut.
Jika mimpi terjadi pada dini hari atau saat waktu sahur kemungkinan besar mimpi itu adalah mimpi benar dan bisa ditafsirkan.
Sedangkan mimpi yang merupakan bisikan dari setan adalah mimpi yang terjadi pada awal-awal malam atau saat petang.
Ketentuan tersebut seperti yang dijelaskan oleh Ibnu Al-Jauzi:
“Mimpi yang paling benar adalah di waktu sahur, sebab waktu tersebut adalah waktu turunnya isyarat ketuhanan, dekat dengan rahmat dan ampunan, serta waktu diamnya setan. Dan kebalikannya mimpi di waktu petang atau awal waktu malam.” ( Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, Madarij As-Salikin Juz 1, hal. 76).
Memiliki kemampuan untuk memahami arti dari mimpi termasuk salah satu bentuk keistimewaan.
BACA JUGA:MUI Larang Membeli Produk Pro Israel, Buya Yahya: Nurani Anda di Mana
Dengan begitu, dapat disimpulkan bahwa mimpi memiliki berbagai macam jenis dan memiliki pengetahuan tentang tafsir mimpi merupakan suatu bentuk keistimewaan.