Walaupun sebelumnya Sang Raja ada perasaan curiga kepada Dehe Enam.
Setelah melihat makam istri dan anaknya, dan melihat situasi kerajaan yang memang tidak terlihat permaisuri dan anaknya, Sang Raja berusaha menerima kenyataan.
Dengan langkah berat, Sang Raja minta diantar ke kamarnya untuk beristirahat.
Hulubalang pun sigap tanpa menunjukan kecurigaan walaupun sebenarnya hulubalang adalah kaki tangan Dehe Enam.
Dehe Enam mengiring Sang Raja, dengan perasaan kemenangan dan semua berjalan sesuai rencana.
Waktu terus bergulir tanpa mau mundur, dan itulah kehidupan yang terus mengalir seperti air.
Demikianlah Sang Raja Bujang Bekorong dengan kerajaannya yang harus tetap hidup menjadi kerajaan yang kuat dan disegani oleh lawan.
Seperti biasanya malam itu Sang Raja, belum dapat memejamkan matanya.
BACA JUGA:Wali Kota Lubuklinggau Buatkan Rekomendasi Bersama Eksekutif dan Legislatif untuk Sumsel Barat
Ia merasa gelisa di pembaringan yang sangat indah tanpa ada pendamping yang menemani malamnya.
la berdiri, duduk, dan berjalan, hingga pada suatu sumber suara Sang Raja tertegun sejenak dan bertanya.
Dalam hati, siapa dan dengan siapa berbicara? Sang Raja mengendap-endap menuju sumber suara, dan di balai istana.
Tampak anak kecil sepertinya sedang berbicaradengan seseorang namun keberadaannya kurang jelas.
BACA JUGA:DPRD Sumatera Selatan Setujui Pemekaran Provinsi Sumsel Barat, APBD Rp11 Triliun Jadi Alasan
Sang Raja menguping pembicaraan, walau terdengar samar-samar.