BACA JUGA:Kesaktian Putri Silampari Musi Rawas, 1 Butir Padi untuk Makan Sekeluarga
Mereka saling mencintai, mereka berdua sangat bahagia karena hampir setiap saat dapat bertemu dan berbincang bersama walaupun dengan cara sembunyi-sembunyi agar tidak diketahui oleh Raja dan Hulubalang Kerajaan.
Tahun demi tahun Raja Lubuk Penjage yaitu Haji Abdul kadir Jailani merasakan usianya yang semakin senja.
Beliau duduk termenung berpikir tentang kelangsungan pemerintahanya beliau memperkirakan bahwa untuk menggantikan tahta yang selanjutnya.
Sedangkan anak laki-laki nya dipandang tidak mampu untuk menggantikannya sebagai raja.
BACA JUGA:Putri Silampari Musi Rawas, Mandi di Telaga Tengah Hutan, Dirayu Bujang Tulup, Begini Kisahnya
Sedangkan untuk putrinya Sri Dewi Ningsih ia mengharapkan mendapatkan seorang laki-laki yang gagah berani dengan harapan mampu menggantikan kedudukannya sebagai raja.
Pada pesta syukuran tahun berikutnya, raja mengumumkan bahwa akan diadakan sayembara pertandingan adu kekuatan.
Siapapun yang dapat memenangkan pertandingan itu akan dinikahkan dengan putrinya Sri Dewi Ningsih.
Dengan adanya pengumuman sayembara itu maka beritapun menjadi buah bibir.
Penduduk penasaran siapakah yang akan memenangkan pertandingan.
Para jejaka, jagoan, jawara baik dari Negeri Lubuk Penyage maupun negeri tetangga mereka semua mempersiapkan untuk ikut bertanding.
Dengan adanya sayembara itu semua orang gembira dan mengharapkan kemenangan.
Tapi sebaliknya Putri Sri Dewi Ningsih bersedih, murung, karena sebenarnya dia hanya menghedaki Kenayan yang menjadi suaminya.
BACA JUGA:Cerita Rakyat Musi Rawas, Asal Usul Dusun Lakitan, dari Teriakan Perempuan, Berikut Sejarahnya