Tiba-tiba para penonton berteriak histeris karena tiang istana roboh. Seluruh rakyat yang menonton berjatuhan karena tertimpa tiang.
Secara cekatan Kenayan menahan tiang yang patah.
Dengan adanya pertolongan dari Kenayan tersebut maka keadaan yang semula hiruk pikuk dan panik menjadi tenang dan acara demi acara dapat dilanjutkan kembali.
BACA JUGA:Selangit Musi Rawas, dari Ikan Salai yang Angit, Raja Majapahit Merana Ditinggal Putri Bungsu
Namun orang-orang yang berada disana tidak ada yang perduli dengan Kenayan.
Ditengah keramaian acara diam-diam ada yang memperhatikan dia adalah Putri Sri Dewi Ningsih.
Namun apa hendak dikata sang putri takut dengan raja dan hulubalang, sehingga dia tidak berani untuk mendekati Kenayan apalagi untuk berkenalan.
Kenayan Penjage dengan diam diri tanpa sepatah katapun yang keluar dari mulutnya.
BACA JUGA:Asal Mula Dusun Selangit Musi Rawas, Diambil dari Nama Ikan Diawetkan, Begini Ceritanya
Berangsur-angsur dia meninggalkan tempat keramaian itu dan pergi menuju kearah Kerajaan Hilir tanpa tahu arah tujuan.
Ia hanya ingin menjauhi keramaian di Lubuk Penjage sambil membawa kesedihan.
Setelah sampai di Kerajaan Hilir, Kenayan menemukan sebuah gubuk tua.
Kenayan mendekati gubuk tersebut sambil bertanya dalam hati apakah gubuk ini ada penghuninya.
BACA JUGA:Cerita Rakyat Musi Rawas, Asal Mula Desa Selangit, Dibentuk oleh Keturunan Raja Majapahit
Setelah dekat Kenayan langsung memberi salam, maka sayup-sayup terdengar suara sahutan dari dalam gubuk.
Tidak lama muncul seorang laki-laki tua yang tidak berbaju badannya penuh dengan kurap (penyakit kulit) yang bernama Bujang Kurap.