Sehingga makam tersebut diberinama oleh masyarakat kelingi “Keramat Dian Pematang Hijau “.
Setelah bertahun-tahun Kenayan menjadi Raja Lubuk Penjage, kerajaan semakin banyak mengalami kemajuan dalam segala bidang.
Diantaranya pertanian hasilnya berlimpah, perdagangan semakin lancar, negeri (Kerajaan) makmur dan aman.
Sudah menjadi suatu tradisi setiap satu tahun sekali setelah panen di negeri (Kerajaan) Lubuk Penjage diadakan acara syukuran (Sedekah Bumi ) selama tujuh hari tujuh malam.
BACA JUGA:Asal Usul Desa Tanah Periuk Musi Rawas, Berawal dari Perang Saudara, Berebut Lahan Kekuasaan
Ini sebagal ungkapan syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa, seluruh rakyat hadir dan juga negeri tetangga.
Tidak lama setelah diadakanya pesta syukuran (sedekah Bumi), seluruh rakyat Lubuk Penjage kembali dirundung duka karena raja yang mereka banggakan, sayangi dan cintai meninggal dunia.
Rakyatpun berduyun-duyun menghantarkan raja mereka Kenayan keperistirahatan terakhir.
Raden Kenayan dimakamkan di Kecamatan Kelingi, dan makamnya dianggap keramat oleh masyarakat. Oleh karena itu makam tersebut dinamakan dengan “Keramat Penjage Bengkal".
Demikian artikel mengenai sejarah Kerajaan Lubuk Penjage yang saat ini daerah itu dikenal sebagai Desa Lubuk Tua, Kecamatan Muara Kelingi, Kabupaten Musi Rawas. (*)