Setelah diadakannya pertemuan antara Penduduk Lembak Lapan dan Suku Pasemah ternyata tidak mencapai kesepakatan.
Kondisi tersebut membuat warga saling serang. Masing-masing ingin memenangkan perang tersebut.
Disisi lain penduuk Lembak Lapan ingin mempertahankan dusunnya. Sementara Suku Pasemah ingin menguasai Dusun Lembak Lapan.
Semakin hari perang semakin sengit dan semakin meluas ke seluruh pelosok dusun.
Namun demikian penduduk Lembak Lapan berusaha untuk mempertahankan dusun mereka.
Bahkan tidak sedikit banyak sekali penduduk yang menjadi korban.
Konon menurut cerita, penduduk Lembak Lapa yang merasa tidak sanggup untuk melawan serangan dari Suku Pasemah melarikan diri sampai ke Bengkulu.
BACA JUGA:Agar Pembangunan Tol Lancar, Warga Musi Rawas Diminta Jangan Mainkan Harga
Namun banyak juga penduduk yang masih tetap bertahan untuk memperjuangkan dusunnya yaitu penduduk Dusun Lubuk Pandan dan beberapa penduduk dusun lainnya.
Peperangan antara Suku Pasemah dan Penduduk Lembak Lapan tidak hanya terjadi di darat.
Tetapi juga sampai di Sungai Serut. Bahkan perang ini juga melibatkan kaum perempuan (istri).
Karena semakin lama pertahanan Penduduk Lembak Lapan semakin lemah, sehingga para perempuan ini terus memberikan semangat untuk tetap melakukan perlawanan.
BACA JUGA:Wali Kota Lubuklinggau Buatkan Rekomendasi Bersama Eksekutif dan Legislatif untuk Sumsel Barat
Para perempuan itu berteriak berulang-ulang agar suami mereka mendengarnya.......Laki........ Tan,........!!!Laki......... Tan,.........!!!Laki......... Tan..........!!!.
Teriakan itu mengandung arti Laki Tahan atau menyuruh suami untuk tetap bertahan.