Dia juga menyatakan bahwa Lubuklinggau berkembang karena adanya kontinuitas kepemimpinan dari pemimpin sebelumnya ke pemimpin yang melanjutkan.
Selain pengalaman, menurut Nanan, calon wali kota yang layak kedepan juga harus memiliki elektabilitas dan popularitas tinggi berdasarkan survei yang benar-benar obyektif.
Bukan survei manipulasi untuk mendapatkan dukungan dari partai politik. “Surveinya harus jelas bukan permintaan untuk disurvai,” tegasnya.
BACA JUGA:Sumsel Barat Layak Terbentuk, Kapan Waktunya? Ini Penjelasan Mantan Gubernur Bengkulu Ridwan Mukti
Nanan menegaskan di Kota Lubuklinggau uang bukan menjadi hal utama untuk mencalonkan diri sebagai Wali Kota.
Berdasarkan survei dan pengalamannya, 60 persen masyarakat Lubuklinggau tidak berpengaruh dengan politik uang.
Artinya yang paling utama, sosok penganti dirinya kedepan memiliki elektabilitas yang baik dan bisa melanjutkan pembangunan di Kota Lubuklinggau.
Sementara itu, Wakil Wali Kota H Sulaiman Kohar sendiri masih enggan mengungkapkan rencana politiknya ke depan.
BACA JUGA:Ini Daerah yang Berpotensi Menjadi Ibu Kota Sumsel Barat
Dia saat ini masih fokus pada menjalani masa jabatannya bersama wali kota hingga September 2023.
Setelah selesai masa jabatannya, ia menyatakan bahwa pengabdiannya kepada Kota Lubuklinggau maupun negara dapat ia lakukan di mana saja dan melalui berbagai jalur, tidak hanya sebagai pejabat negara.
Sementara beberapa calon potensial lainnya telah muncul, Sulaiman Kohar sendiri belum menunjukkan niatnya secara terang-terangan.
Namun, ada anggapan bahwa H Sulaiman Kohar sebagai salah satu kandidat kuat jika maju dalam Pemilihan Wali Kota.
BACA JUGA:2024, Kuota Haji Indonesia Tidak Bertambah, 9 Mei 2024 Awal Kedatangan Jemaah
Menanggapi hal tersebut, Sulaiman Kohar menyatakan bahwa ia belum tahu jika ada yang menganggapnya sebagai calon kuat wali kota Lubuklinggau ke depan.
Ia menjelaskan bahwa untuk mencalonkan diri sebagai kepala daerah, masyarakat harus memintanya terlebih dahulu.