Kepala BPJT Danang Parikesit mengatakan, khusus di Sumatera, situasi ini jadi tantangan pihak kontraktor dalam menyelesaikan pekerjaannya.
Ia mencontohkan pelaksanaan pembangunan Jalan Tol Palembang - Indralaya, lokasi pekerjaan dipenuhi tanah rawa yang berair.
Akhirnya jalur tol Palembang-Indraya menerapkan teknologi khusus, tujuannya agar proses pekerjaan konstruksi bisa cepat di lapangan.
Jalan tol trans Sumatera khususnya tol terpaksa menggunakan teknologi ini gegara kondisi tanahnya yang rawa dengan medan yang berat.
BACA JUGA:Heboh, Isu Pelaku Penculikan Anak Berkeliaran di Lubuklinggau
Hadirnya teknologi Vacuum Consolidation Method akhirnya bisa mempercepat penurunan dan meningkatkan daya dukung tanah asli yang lunak karena ada proses pemompaan vakum pada tanah yang dimaksudkan.
Teknologi juga diklaim ramah lingkungan karena perbaikan tanah bersifat mekanis dan tidak menggunakan bahan-bahan kimia.
Kelebihan lainnya teknologi ini memiliki gangguan yang rendah terhadap kegiatan pekerjaan lainnya.
Bahkan dapat melakukan overlap dengan pekerjaan lain sehingga jadwal konstruksi secara keseluruhan dapat dipersingkat.
BACA JUGA:Hoax di Lubuklinggau Makan Korban, Foto Ibu-ibu Jemput Anak Disebut Penculik
Direktur Utama HKI Aji Prasetyanti mengatakan, tantangan menyelesaikan ruas-ruas jalan tol trans Sumatera cukup bervariasi.
Di proyek Tol Binjai-Pangkalan Brandan Zona II-IV misalnya, pihak HKI harus menghadapi tantangan terkait anomali tanah, kontur yang ekstrem dan curah hujan yang cukup tinggi.
Sementara, dalam Proyek Pembangunan Jalan Tol Indralaya-Prabumulih, HKI harus mampu mengatasi tantangan terkait tanah rawa yang cukup panjang.
Disisi lain proses pembangunan Ruas Jalan Tol Palembang-Betung ditargetkan selesai pada Semester III 2023.
BACA JUGA:Pohon Karet Maut di Lubuklinggau, 1 Orang Jadi Korban
Tol Palembang-Betung merupakan lanjutan dari Tol Kayuagung-Palembang yang kini sudah difungsikan.