JAKARTA, LINGGAUPOS.CO.ID – Pembangunan ruas Jalan Tol Trans Sumatera hingga kini masih terus dikerjakan.
Khusus di wilayah Sumatera Selatan, ruas Jalan Tol yang masih dikerjakan dan hampir selesai diantaranya Tol Indralaya-Prabumulih, Tol Prabumulih-Muara Enim dan Tol Palembang-Betung.
Dalam pelaksanaan di lapangan, ternyata pihak rekanan yang ditunjuk menemukan sejumlah kendala.
Salah satunya lahan yang akan dibangun Jalan Tol sebagian besar tanahnya labil atau masih berbentuk rawa.
BACA JUGA:Warga Muratara Sangat Menyayangkan Kalau Tol Tidak Melintasi Lubuklinggau
Dikutip dari beberapa sumber untuk mengatasi masalah ini, Kementerian PUPR bersama PT Hutama Karya (Persero) menerapkan teknologi Vacuum Consolidation Method (VCM).
Teknologi teknologi Vacuum Consolidation Method ternyata pertama kali digunakan di Indonesia saat pembangunan Jalan Tol Palembang–Indralaya (Palindra).
Penggunaan teknologi teknologi Vacuum Consolidation Method bertujuan untuk mengurangi kadar air maupun kadar udara dalam tanah.
Badan Pengelola Jalan Tol (BPJT) mencatat, kondisi lahan jadi masalah yang dihadapi pengembang saat pembangunan.
BACA JUGA:Imbas Tol, Warga 11 Desa di Musi Rawas Bakal Jadi Orang Kaya Baru
Selain sulit dijangkau, pembangunan jalan tol di Sumatera juga dihadapi dengan lahan yang permukaannya beda dengan tanah-tanah umumnya di ruas jalan tol Pulau Jawa.
Tak sedikit pengembang menemukan lokasi lahan tol dengan kondisi tanah aslinya yang lunak dan berair atau biasa disebut tanah rawa.
Litbang memang mencatat, luas lahan rawa di Indonesia adalah sekitar 34,12 juta ha, terdiri atas lahan rawa pasang surut 8,92 juta ha dan lahan rawa lebak 25,20 juta ha.
Dan lokasi lahan rawa ini banyak tersebar di Pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Papua.
BACA JUGA:Soal Ilegal Drilling di Muba, Mura dan Muratara, Kapolda Sumsel Siap Lakukan Ini