LUMAJANG, LINGGAUPOS.CO.ID – Sudah tiga tahun terakhir, setiap Desember Gunung Semeru mengalami erupsi.
Pada Desember 2020 terjadi erupsi, kemudian 4 Desember 2021 kembali terjadi erupsi. Nah, 4 Desember 2022 juga terjadi erupsi.
Artinya, setiap Desember selama tiga tahun terakhir gunung tertinggi di Jawa ini terjadi erupsi.
Imbasnya pun tidak tanggung-tanggung, tahun ini ribuan orang mengungsi.
BACA JUGA:Gunung Semeru Erupsi, 1.979 Warga Mengungsi, Awan Panas Hingga 19 Kilometer
Namun yang terbesar yakni pada 2021, karena ratusan orang meninggal dan ribuan rumah ambruk akibat guyuran abu vulkanik.
Pakar Geologi Institute Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya Prof Amien Widodo juga mengamati kondisi ini.
"Sudah tiga tahun ini status Gunung Semeru siaga," ujar Prof Amien Widodo.
Menurutnya, kondisi ini terkait erat dengan munculnya fenomena La Nina sejak 2020. Yang diperkirakan baru akan lenyap dari Indonesia pada akhir tahun nanti.
BACA JUGA:Medco Libatkan Relawan Psikososial Tangani Trauma Anak Korban Gempa Cianjur
La Nina menyebabkan curah hujan meningkat. Sebab itulah erupsi Semeru terjadi cukup besar tiap Desember.
Tepat saat musim hujan berlangsung. Itu juga membuat aktivitas lava mengumpul di atas lereng. Begitu kena hujan, luncurannya akan sangat cepat. Dan materialnya cukup banyak.
"Lebih hati-hati kalau malam hari karena nggak akan kelihatan," ungkap Amien. Dan yang berbahaya bukan abunya. Tetapi lahar panas yang mengalir ke sungai.
Amien pun menegaskan bahwa erupsi memang karakter dari gunung berapi. Tidak ada yang bisa menghentikannya. Semuanya bergantung pada aktivitas tiap gunung.
BACA JUGA:Mayoritas Korban Tewas Gempa Cianjur Anak-anak, Ribuan Orang Luka-luka