“Dirunut mulai penjemputan hingga insiden meninggalnya AM. Semuanya sudah kami rangkum,’’ katanya.
Dari prarekonstruksi itu, diketahui bahwa korban sempat dilarikan ke IGD. Pihak layanan kesehatan pesantren itu menyatakan bahwa korban sudah meninggal di tempat kejadian.
Namun, terkait penyebab pasti wafatnya korban masih dalam penyelidikan.
“Di sana sudah tergambar semuanya berdasarkan keterangan saksi-saksi yang ada. Mereka sudah bisa menceritakan kejadian untuk membantu proses penyelidikan,” jelasnya.
BACA JUGA:Pelajar SMP Tewas Ditusuk Pelajar SMK dan Santri Pondok
Polisi juga telah mengamankan sejumlah barang bukti terkait. Mulai pentungan, air mineral, minyak kayu putih, hingga becak.
Dugaan sementara, penganiayaan dipicu kesalahpahaman terkait kekurangan perlengkapan alat yang dipinjam saat Perkemahan Kamis-Jumat (Perkajum).
“Motif sementara adanya kesalahpahaman mengenai kekurangan alat. Untuk lebih lengkapnya nanti akan kami sampaikan,’’ ucapnya.
Hingga kemarin, jumlah saksi yang dimintai keterangan bertambah menjadi 11 orang. Bertambah dua staf IGD, staf pengajar, dan pengasuh.
BACA JUGA:Tunjuk Pengacara, Keluarga Pelajar Lubuklinggau yang Tewas Dibunuh Berharap Banyak
Kapolres menyatakan bahwa jumlah saksi berpotensi terus bertambah menyesuaikan perkembangan penyelidikan. Sejauh ini pihak pesantren cukup kooperatif.
Hari ini (Rabu, 7 September 2022), tim dari Polres Ponorogo juga berangkat ke Palembang untuk menemui pihak keluarga korban.
“Ada lebih dari satu orang yang diduga sebagai pelaku,’’ ungkapnya.
Catur mengimbau seluruh masyarakat agar tak segan melaporkan jika mendapati indikasi kekerasan yang terjadi di lembaga pendidikan. Setiap laporan bakal ditindaklanjuti.
“Jangan sungkan atau takut melapor,’’ pesannya. (*)