Libur Sekolah Selama Ramadan 2025, Ini Dampak Terhadap Guru

BACA JUGA:TK Baitul A’la Lubuk Linggau Sekolah yang Luluskan Siswa Berkarakter dan Religius Sejak Dini

Lantas, mendapati adanya usulan untuk libur sekolah selama bulan Ramadan 2025, Perhimpunan Pendidikan Guru (P2G) turut menyoroti dampak yang bakal terjadi.

Dampak Libur Sekolah Selama Ramadan 2025 Bagi Guru 

Dilansir dari berbagai sumber, Koordinator Nasional Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G), Satriwan Salim, mengatakan bahwa ada banyak dampak yang harus dipertimbangkan pemerintah.

Salah satunya ialah gaji guru sekolah atau madrasah swasta yang terancam terpotong atau tidak dibayar akibat libur satu bulan.

BACA JUGA:PPDB TK Baitul A’la Lubuk Linggau Sudah Dibuka, Buruan Daftar Ada Diskon Menarik Loh

Ia lantas, merinci setidaknya ada beberapa  faktor yang peril dikaji terutamanya dampak terhadap guru yang akan timbul yakni  sebagai berikut:

Gaji guru berkurang 

Para guru sekolah/madrasah swasta khawatir gaji mereka akan berkurang signifikan jika siswa libur sebulan penuh.

Karena orangtua pun keberatan membayar iuran SPP karena anaknya libur sekolah. 

BACA JUGA:MIT Ummi Lubuk Linggau, Sekolah Berkualitas Luluskan Siswa Berwawasan Al Quran

“Guru-guru swasta di daerah khawatir, kalau liburnya full selama puasa, nanti yayasan akan memotong gajinya signifikan. Padahal kebutuhan belanja saat bulan puasa ditambah idul fitri keluarga meningkat,” ujarnya.

Adapun dari data yang dimiliki, menunjukkan 95 persen madrasah berstatus swasta, dan sebagian madrasah swasta itu dikelola dengan SDM dan anggaran minim. Gaji gurunya pun di bawah satu juta perbulan.

Untuk itu, pemerintah mesti memikirkan nasib dan kesejahteraan guru swasta kecil, jika sekolah libur sebulan penuh.

Sementara itu, ia juga mengatakan beberapa dampak lainnya jika libur Ramadan sebulan penuh, diantaranya berikut ini.

BACA JUGA:Daftar Akun SNPMB 2025, Ini Link Cara Cek NISN dan NPSN Online, Buruan Simak

Melemahnya Pengawasan Terhadap Anak-anak

JIka anak-anak diliburkan sebulan penuh, menurut Satriwan, hal ini bisa memunculkan lemahnya pengawasan terhadap anak-anak.

Sumber: