Kini Sumatera Selatan Semakin Panas, ini Penyebabnya Sehingga Suhu Menjadi Ekstrem

Kini Sumatera Selatan Semakin Panas, ini Penyebabnya Sehingga Suhu Menjadi Ekstrem

Suhu Ekstrem landa Sumatera Selatan-foto:net-

Jumlahnya bahkan meningkat 4 kali lipat selama 2 dekade terakhir. Data BPS yang di-update per 28 Juli 2022, berdasarkan laporan inventarisasi GRK dan MPV 2020, KLHK RI pada 2019, produksi GRK mencapai 1,86 miliar ton karbon dioksida ekuivalen (CO2e). 

Jauh dibanding tahun 2000 yang hanya 1,18 miliar ton, 2001 sebesar 461,4 juta ton, dan 2002 sebesar 742,3 juta ton.

Emisi CO2 (karbon) salah satu pendorong emisi GRK terbesar, terutama dari penggunaan BBM (energi fosil) oleh kendaraan bermotor maupun pembangkit listrik (PLTU batubara, PLTD). 

Berdasarkan data Global Carbon Project (2017), produksi emisi karbon mencapai 487 juta ton (MtCO2). Pada tahun 1980, suhu bumi masih di bawah 0,25 derajat celcius, kini di range 0,74 ± 0,8 derajat celcius. 

BACA JUGA:Daftar Lengkap Cabang BRI yang Buka Layanan Weekend Banking, Tersebar di Seluruh Indonesia

Laporan World Meteorological Organization memperkirakan antara tahun 2023-2027, suhu global bertambah hingga mencapai ambang kritis 1,5 derajat celcius. 

Dampak perubahan iklim ini, risikonya gelombang panas yang ekstrem, permukaan laut terus naik, hingga kepunahan satwa liar. 

Di musim kemarau, suhu panas di Indonesia telah mencapai 25-34 derajat celcius menyebabkan kekeringan semakin panjang dan tanaman sulit bertahan hidup. S

ementara musim hujan, potensi hujan lebat, badai hebat, puting beliung, longsor, naiknya air laut memicu banjir bandang, hingga menimbulkan penyakit. 

Dapatkan update berita LINGGAUPOS.CO.ID di platform media sosial, dengan klik LINK INI 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: