Heboh Wabah Ngorok, Pemprov Sumatera Selatan Siapkan 10.000 Vaksin untuk Kerbau, Ini Imbauannya

Heboh Wabah Ngorok, Pemprov Sumatera Selatan  Siapkan 10.000 Vaksin untuk Kerbau, Ini Imbauannya

Heboh Wabah Ngorok, Pemprov Sumatera Selatan Siapkan 10.000 Vaksin untuk Kerbau, Ini Imbauannya--Pixabay.com

SUMSEL, LINGGAUPOS.CO.ID - Heboh kerbau di Sumatera Selatan (SUMSEL) terkena wabah ngorok, Pemerintah menyiapkan 10.000 vaksin untuk kerbau, serta begini imbauannya.

Menyikapi permasalahan wabah ngorok yakni kerbau yang mati mendadak di beberapa wilayah di Sumatera Selatan (Sumsel) Pemprov ambil tindakan dengan melakukan vaksin.

Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Sumatera Selatan (DKPP Sumsel) menyiapkan sebanyak 10.000 vaksin Septicaemia Epizootica atau penyakit ngorok pada hewan ternak. 

Vaksin tersebut telah disebarkan ke seluruh kabupaten dan kota di Sumsel. Hal tersebut diungkapkan oleh kepala DKPP Sumsel, Ruzuan Efendi pada Kamis, 18 April 2024.

BACA JUGA:Semarak HBP ke 60 Pemasyarakatan Sehat, Lapas Narkotika Kelas IIA Muara Beliti Ajak Warga Binaan Bersih-Bersih

“Sudah kita ajukan ke pusat sebanyak 10.000 dosis vaksin SE. Dalam waktu dekat akan kami bagikan,” ujarnya pda Kamis, 18 April 2024.

Ruzuan juga menerangkan bahwa wabah ngorok tersebut telah tersebar di beberapa daerah yang ada di Sumatera Selatan. 

Sejauh ini sudah ada empat wilayah di Sumsel yang terserang penyakit ngorok. Wabah tersebut mengakibatkan banyak kerbau mati di wilayah Ogan Komering Ilir (OKI), Ogan Ilir (OI), Banyuasin dan Empat Lawang.

“Dari laporan yang kami terima, baru OKI dan OI yang ada laporan tewas. Sementara Banyuasin baru ada laporan gejala saja. Kalau di Empat Lawang itu baru dapat informasi dari media. Dinas setempat belum ada laporan,” jelasnya.

BACA JUGA:Syawal Bukan Bulan Sial untuk Menikah, ini Penjelasan Ustadz Mahbib Khoiron

Disamping itu, ia juga menyebutkan jika penyebab dari sakit ngorok pada hewan ternak yang terjadi di Sumsel diakibatkan oleh pola pemeliharaan yang salah menggunakan sistem tradisional dengan dilepasliarkan.

Yang mana pemeliharaan dalam sistem tradisional rentan terserang penyakit.

“Tidak ada yang dibudidayakan secara intensif. Kerbau peliharaannya diliarkan, makanya susah untuk mengontrol kesehatannya,” jelasnya.

Lantas, untuk mencegah penyakit tersebut, pihaknya meminta kepada Dinas Peternakan di kabupaten dan kota melakukan penyuluhan kepada peternak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: