Pusing Harga BBM Mahal, Bensin Sawit Bisa Jadi Solusi, ini Kata Dahlan Iskan

Pusing Harga BBM Mahal, Bensin Sawit Bisa Jadi Solusi, ini Kata Dahlan Iskan

Unit Percontohan Produksi Bensi Sawit (Bensa)--

JAKARTA, LINGGAUPOS.CO.ID – Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di Indonesia cukup mahal, terutama yang non subsidi. 

Pertalite yang menjadi disway.id/listtag/1391/bbm">BBM kendaraan rakyat yakni sepeda motor, kini pun dijual Rp10 ribu per liter di SPBU. Tentunya akan lebih mahal jika dijual eceran.

Sementara itu di Pertashop milik masyarakat yang dikelola bersama Pertamina, justru tidak menjual Pertalite. Padahal Pertashop ada di kecamatan-kecamatan.

Nah, saat ini peneliti juga sudah mulai mengembangkan bensin sawit atau disebut bensa

BACA JUGA:3 Jenis Bensin ini Dilarang Dijual di SPBU Mulai 1 Januari 2023

Secara detail mengenai Bensa ini, mari kita kembali merujuk ke tulisan Dahlan Iskan pada 24 Januari 2022 lalu, dengan judul Bensin Sawit. Berikut tulisannya:

Bensin Sawit

Nama Melia kembali menghiasi langit ilmu pengetahuan Indonesia: dia berhasil membuat bensin dari kelapa sawit. Anda sudah tahu nama bensin baru itu: bensa –bensin sawit.

Tahun lalu nama Melia juga melejit. Dia berhasil menemukan katalis merah putih –sehingga Pertamina tidak perlu impor katalis lagi untuk proses pengolahan minyak mentahnya.

BACA JUGA:TAG Lubuklinggau Luncurkan Innova Zenix dan Lomba Mewarnai Anak TK Sukses Digelar

Nama lengkapnyi: Melia Laniwati Gunawan.

Melia pun kini menjadi satu dari tiga wanita paling menonjol di ITB. Yang dua lagi Anda sudah tahu: Dr Betty Alisyahbana dan Dr Nyoman Anjani. Betty pernah menjabat Presdir PT IBM Indonesia dan komisaris Garuda Indonesia. Juga, menjadi ketua Wali Amanat ITB. Nyoman menjadi eksekutif puncak di Unilever Indonesia. Betty aslinya arsitek ITB, lalu ke bisnis konsultasi. Nyoman aslinya teknik mesin ITB –lulus cum laude– lalu ke Unilever.

Melia masuk ke teknik kimia. ”Saya ingin jadi guru kimia,” ujar Melia kemarin sore. Akhirnya Melia jadi ilmuwan, peneliti, dan dosen yang sangat berprestasi. ”Semua itu berkat pembimbing saya, Prof Dr Subagjo,” ujar Melia. ”Beliau yang membimbing saya sejak S-1, S-2, sampai S-3,” ujar Melia. ”Tanpa beliau, saya bukan apa-apa,” tambahnyi.

Melia dari keluarga miskin. Ayahnyi, Gunawan, sopir angkutan umum. Kadang jurusan Bandung–Cimahi. Kadang jurusan Bandung–Cirebon. Kendaraan umumnya bukan bus, tapi suburban –tidak ada lagi jenis kendaraan seperti itu sekarang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: