Pertalite Bakal Naik Rp10 Ribu, Masyarakat Bersiaplah

Pertalite Bakal Naik Rp10 Ribu, Masyarakat Bersiaplah

Ratusan pengendara sepeda motor dan mobil padati dan rela antri BBM berjam-jam demi memenuhi kebutuhan BBM sehari-hari di SPBU 24.316.315 Marga Mulya Kecamatan Lubuklinggau Selatan II Kota Lubuklinggau.--

LINGGAUPOS.CO.ID - Diwacanakan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertalite naik dari Rp7.650 per liter menjadi Rp10 ribu per liter. 

Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia meminta masyarakat bersiap-siap jika nanti pemerintah memutuskan harga bahan bakar minyak (BBM) harus naik.

Pasalnya, menurut dia, jika harga BBM tidak naik, maka dampaknya adalah kondisi fiskal negara yang tidak sehat karena seperempat pendapatan negara harus digunakan untuk subsidi BBM.

BACA JUGA:Keluarkan 7 Pecahan Uang Kertas Baru, Apakah Uang Lama Masih Berlaku?

"Tolong teman-teman wartawan sampaikan kepada rakyat, bahwa rasa-rasanya sih untuk menahan terus dengan harga BBM seperti sekarang, feeling saya sih harus kita siap-siap kalau katakanlah kenaikan BBM itu terjadi," katanya dalam konferensi pers, Jumat 12 Agustus 2022.

Bahlil menjelaskan, kondisi ekonomi global yang tidak menentu seperti saat ini menyebabkan harga minyak dunia terus meroket. 

"Harga minyak dunia rata-rata mencapai 105 dolar AS per barel dari periode Januari-Juli 2022," ujarnya.

BACA JUGA:Pemerintah Resmi Batasi Pembelian BBM Subsidi

Padahal, kata Bahlil, asumsi harga minyak di dalam APBN hanya di kisaran 63-70 dolar AS per barel.

"Hari ini kalau (harga minyak) 100 dolar AS per barel, subsidi kita itu bisa mencapai Rp500 triliun. Tapi kalau harga minyak per barel di atas 100 dolar AS, misal 105 dolar AS, dengan asumsi kurs dolar itu Rp14.500 sampai rata-rata saat ini Rp14.750, dan kuota kita dari 23 juta kilo liter menjadi 29 juta KL, maka harus terjadi penambahan subsidi," jelasnya. 

Dengan semua angka-angka itu, Bahlil mengatakan setidaknya harus ada Rp500 triliun hingga Rp600 triliun alokasi subsidi dari APBN untuk subsidi BBM.

BACA JUGA:Hanya untuk Kelas Ini Garuda Indonesia Tak Naikkan Harga Tiket Pesawat

"Rp500-Rp600 triliun itu sama dengan 25 persen total pendapatan APBN kita dipakai untuk subsidi. Ini menurut saya agak tidak sehat," katanya.

Oleh karena itu, menurut Bahlil, perlu ada pengertian masyarakat atas kondisi yang ada saat ini. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: disway.id