Soal Lagu Sikok Bagi Duo, Buya Aidil Fitrisyah Musa Tegas

Soal Lagu Sikok Bagi Duo, Buya Aidil Fitrisyah Musa Tegas

LINGGAUPOS.CO.ID - Viral di media sosial Sikok Bagi Duo, Pimpinan Pondok Pesantren Misro Arafah, Buya Aidil Fitrisya Musa, Lc menanggapi viralnya lagu 'Sikok Bagi Duo'.

Ia menjelaskan jangan juga dianggap sebagai tontonan dari tontonan itu akhirnya menjadi tuntunan bagi anak muda sebagai bentuk yang digandrungi.

"Ini tentu menjadi pro dan kontra, untuk mennaggapi terhadap opini publik yang mana publik akan dicemari dengan syair-syair seperti itu, akan beranggapan ada legalitas sebagai obat terlarang atau sejenisnya. Sedangkan negeri ini sedang memerangi narkoba,"tegasnya.

Menurutnya, jangan dianggap prestasi di Kota Lubuklinggau, karena dari syair lagu itu, memaknai tentang ekstasi obat yang terlarang.

Namun ada oknum  dilanjutkannya, yang memviralkan itu, ini akan menjadi paradigma baru dikalangan masyarakat yang akhirnya menjadi legalitas publik secara khalayak ramai.

"Ini dikarenakan viral lalu dianggap sebuah prestasi, ini saya sangat menyayangi. Karena syair-syair itu juga yang didengar dan dilihat oleh anak-anak kita, lalu anak-anak menganggap itu sebuah syair enak untuk didengar, padalah mereka tidak mengerti dan tidak memahami," ungkap penceramah muda ini.

Saya sangat-sangat menyayangkan hal ini terjadi dilanjutkannya, karena ini akan menjadi sesuatu yang kita gandrungi atau kita kagumi. Karena akan ada banyak hal dan efek nagatif yang tercemar di masyarakat kita terutama masyarkata Lubuklinggau.

"Jika dipandang dari segi agama, bahwa dari syair-syair itu bisa mendatangkan kemungkaran dan kemaksiatan, terkait itu juga hal yang sedang viral ini. Secara agama itu tidak mendidik, tidak bermoral, sementara kita sangat memahami akhlak kepribadian adalah senjata utama untuk gerakan anak muda masa dewasa ini dan abad modern ini," jelasnya.

Disampaikan Buya, seperti disampaikan Nabi Muhammad SAW dalam hadist yang diriwayatkan Imam Tirmidzi, "Tidak ada pendidikan lebih baik yang bisa diberikan orang tua kecuali pendidikan adab dan akhlak".

"Nah sosok orang yang bernyanyi itu merupakan sosok orang tua bagi anaknya, istri bagi suaminya. Apa lagi, dan tentu menjadi tolok ukur bagi ibu-ibu masa kini. Tidak lazimnya seorang ibu, mendendangkan syair-syair yang  tidak mendidik moral dan kepribadian anak-anaknya. Maka inilah yang menjadikan suatu budaya yang rusak di negeri ini, apa yang tabu tidak lagi dianggap tabu, yang malu tidak lagi dianggap malu. Maka kegobrokan akhlak, kerusakan kepribadian akhirnya semakin menjadi-jadi hingga pada akhirnya kerusakan akhlak dan kepribadian itu ditontokan secara massa dengan kecanggihan tekhnologi pada masa sekarang ini, karena semua orang bisa mengakses di media sosial," ungkapnya.

Buya menegaskan dan mengimbau kepada kita semua yang memakai media-media sosial hendaklah seyogianya gunakanlah media sosial itu untuk memberikan edukasi kepada masyarakat dengan hal-hal yang mendidik. Hal-hal yang membangkitkan kepribadian akhlak dan moral sebagai bentuk pendidikan kita kepada anak-anak generasi muda pada masa saat ini.

"Sekali lagi saya katakan, tidak kepada oknumnya atau namun saya menyayangi kepada syair-syair itu dan respon sosok yang diviralkan itu menganggap bahwa ini sebagai anugrah prestasi apa pun itu sementara konsep itu keliru,"tutupnya.(*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: