Sekolah Swasta di Lubuklinggau Merasa Dianaktirikan

Sekolah Swasta di Lubuklinggau Merasa Dianaktirikan

LINGGAUPOS.CO.ID – Sekolah swasta di Lubuklinggau saat ini kondisinya memprihatikan. Karena beberapa diantaranya kekurangan siswa.

Seperti dialami SMP Bakti Keluarga (BK) di Kelurahan Moneng Sepati, Kecamatan Lubuklinggau Selatan II.

Kepala  SMP BK, Megi mengungkapkan, selama pandemi Covid-19 jam belajar agak dipercepat pulangnya. Dari pukul 07.00 WIB dsampai dengan pukul 11.00 WIB.

Murid di SMP BK saat ini ada 50 siswa. Kelas VII dan kelas VIII ada 30 siswa dan kelas IX ada 20 siswa. Dengan murid segitu untuk tenaga pendidik sudah cukup, ada 22 guru.

“Kami juga dibantu guru sertifikasi. Karena tanpa guru sertifikasi kita tidak bisa membayar guru honorer,” jelasnya, Senin (14/6/2022).

Menurutnya, bantuan dari guru sertifikasi meringankan beban gaji guru honorer di sekolah swasta.

“Karena sekolah ini semuanya gratis mulai dari uang pembangunan, maupun uang SPP. Untuk gaji guru honorer mengandalkan bantuan dari dana BOS. Kalau dana BOS belum cair, maka guru honorer juga belum gajian,” ungkap Megi yang menjabat Kepala SMP BK sejak tahun  2018 itu.

SMP BK saat ini memiliki lima ruangan. Yang dipakai ada tiga ruangan. Setiap ruangan rata-rata diisi 15-20 orang.

Ia berharap kepada pemerintah, agar ada pembatasan untuk kuota sekolah negeri.

“Karena sekolah swasta seperti kami kekurangan siswa. Kami pihak swasta juga berperan mencetak penerus generasi bangsa. Kalau murid semua lari ke sekolah negeri, sekolah swasta di Lubuklinggau akan mati. Kalau sekolah swasta banyak mati, banyak juga guru yang akan menganggur,” tegasnya lagi.

Selain itu, ia juga menceritakan plafon PVC teras Kantor SMP Bakti Keluarga jebol. Plafon itu bantuan Dana Alokasi Khusus (DAK) Pendidikan tahun 2021.

Belum sampai satu tahun direhab atau perbaikan, sudah jebol sendiri tanpa sebab.

Saat itu lanjutnya, perbaikan yang dilakukan merehab ruang Kantor SMP dan SMA yang sebelumnya menggunakan atap genteng diganti seng multiroop, lalu merehab plafon, pengecatan dan pemasangan keramik WC.

Menurutnya rehab bangunan yang menggunakan DAK sangat tidak memuaskan. Seharusnya dana sesuai dengan aturannya.

Ini belum setahun sudah banyak yang rusak, mulai atap yang juga banyak melayang, plafon yang sudah banyak rusak, bahkan kunci kantor yang banyak yang rusak.

“Jangan menganak tirikan sekolah swasta dong,” tegasnya. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: